Semua Bab Kultivator Inti Semesta: Bab 911 - Bab 920

Xiao Tian menghela napas panjang, suara beratnya terdengar jelas, seakan setiap kata yang keluar membawa beban yang sulit dipikul. “Kakak perempuan, aku tidak akan berbasa-basi. Aku akan langsung mengatakan tujuanku datang ke sini.” Tatapannya yang tajam lalu beralih kepada Surgawi Pertama. Sorot matanya tidak lagi sekadar penuh keseriusan, tetapi juga menyiratkan keteguhan hati dan sedikit tekanan yang seolah memaksa kedua tokoh besar itu untuk menaruh perhatian penuh padanya. “Aku membutuhkan sumber daya yang berguna untuk memperbaiki jiwa. Tanaman Ilahi biasa tidak akan berguna. Aku membutuhkan tanaman Ilahi yang berusia puluhan juta, bahkan ratusan juta tahun.” Dalam hatinya, sebenarnya Xiao Tian tidak menaruh harapan terlalu besar. Ia sadar betul, bahkan harta yang dijarah dari Kaisar Dewa Qilin, sosok penguasa galaksi yang namanya saja sudah cukup untuk membuat banyak eksistensi gentar—tidak mampu memberikan efek signifikan terhadap perbaikan jiwanya. Jika benda sebesar itu sa

Genggaman tangan Qiu Chanfeng semakin mengeras, urat-urat menonjol di kulitnya, bergetar karena kemarahan yang membakar. Suaranya meledak dengan api kebencian yang tak bisa ditahan. “Ayah, saat kamu membawaku pergi dari Rumah Suci Pedang Surgawi, aku mendengar jalang sialan itu berteriak nama Xiao Tian. Tian Xiao adalah Xiao Tian, anak Xiao Jian, penguasa Galaksi Divine Lightning Fire. Dulu Ayah dikalahkan oleh Xiao Jian, sekarang aku dikalahkan juga oleh anaknya. Namun, bedanya, Ayah tidak memiliki ruang yang leluasa untuk membalas kekalahan itu, sedangkan aku memiliki banyak kesempatan untuk mengalahkannya. Puncak Surgawi adalah waktu yang cocok untuk mengembalikan penghinaan itu. Di sana tidak hanya orang-orang dari Galaksi Pedang Surgawi yang berkumpul, tetapi semua orang dari delapan Galaksi akan menyaksikan. Jadi aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan itu! Sekarang, lakukan! Aku akan menanggung energi ganas dari formasi pemurnian ini!” Mata Qiu Chanfeng berair darah akibat k

Surgawi Pertama menggeleng perlahan. “Kerendahan hatimu patut dihargai, tetapi aku tidak berbicara tentang perbandingan. Fakta tetaplah fakta. Dengan kekuatan jiwa di tingkat itu, kamu bisa memasuki ruang pelatihan jiwa Paviliun Surgawi. Dunia itu bukan sekadar ruang meditasi, melainkan sebuah alam yang benar-benar luas. Di dalamnya, formasi jiwa yang tak terhitung jumlahnya mengalir tanpa henti, seperti bintang-bintang yang berputar di langit. Mereka bisa membantu menstabilkan, memperdalam, bahkan memperluas ranah jiwa seseorang.” Xiao Tian menunduk sebentar, lalu menatap kembali. Suaranya terdengar tulus, “Kalau begitu, aku benar-benar berterima kasih. Kesempatan ini terlalu besar untuk kutolak.” Surgawi Pertama tersenyum tipis, matanya berkilat tenang. “Teman muda Tian Xiao, aku lega kamu mau menerimanya. Ruang pelatihan jiwa Paviliun Surgawi bukan ruang biasa. Kamu sendiri pasti sudah tahu, itu adalah dunia yang dibangun para pendiri kami sejak era lampau. Saat ini, dunia itu se

Gelombang jiwa itu semakin menggila. Arus sungai terbelah menjadi ribuan pusaran liar yang melingkar, bertubrukan, lalu pecah dalam dentuman keras. Setiap tetes air bergetar kencang, memantulkan cahaya pelangi yang menusuk mata hingga ruang di sekitarnya tampak berlipat dan pecah-pecah. Dari dasar sungai, kekuatan bangkit begitu padat, bagaikan ribuan bilah pedang jiwa yang ditebaskan serentak, menebas dari segala arah tanpa memberi ruang bernapas. Xiao Tian mengangkat kedua tangannya perlahan, membentuk segel yang rapat dan terjalin seperti jaring tak terlihat. Dari tubuhnya, cahaya lembut menyebar, berdenyut mengikuti detak jantungnya. Pertahanan jiwa itu meluas, berlapis-lapis, setiap denyutnya seperti tameng yang menahan arus liar. Hantaman terus datang bergulung, satu lebih ganas dari yang lain, namun ia tetap berdiri kokoh, bagaikan puncak gunung yang diterjang badai tanpa runtuh. Benturan itu berlangsung lama, seakan arus sungai berubah menjadi medan perang. Setiap kali bilah

Surgawi pertama segera menyebarkan kesadaran ilahinya. Dalam sekejap, cakupan kesadaran itu membentang luas, menyelimuti setiap sudut dunia tersebut. Tak ada celah yang terlewat. Namun semakin lama ia memeriksa, semakin bingung dirinya. Energi jiwa yang seharusnya melimpah, yang menjadi ciri khas dunia itu, benar-benar menghilang tanpa bekas. Xiao Tian kembali menangkupkan tangan. Suaranya tenang, tetapi jelas. “Senior, tidak perlu repot-repot mengamati. Sumber jiwa dunia ini sudah ada bersamaku. Dan aku belum menggunakannya, karena aku harus melakukan banyak proses terlebih dahulu untuk membuat persiapan menerobos memasuki ranah Jiwa Dewa Abadi.” Ia menambahkan dengan ketulusan yang sama. “Senior, meskipun junior ini belum menggunakannya, tetap saja aku sudah mengambil sumber jiwa di dunia ini. Hadiah ini terlalu besar. Junior janji, jika di masa depan senior membutuhkan bantuan junior, junior pasti akan melakukan yang terbaik.” Surgawi pertama akhirnya menghela napas lega. Sejak