Henry bisa membayangkan wajah Martin saat ini, kerutan di keningnya, dan ekspresi wajahnya garang. Martin kembali bersuara, “Ada apa? Tidak biasanya kau menghubungi Papa.” Nada suaranya penuh dengan sindiran. Terjadi jeda beberapa saat, hingga akhirnya Henry menjawab, “Maaf, Pa, ada yang ingin Henry bicarakan.” Tiba-tiba saja, tawa keras terdengar di ujung telepon. Martin tertawa keras seperti baru saja mendengar lelucon. Dia tidak percaya dengan apa yang didengar.“Sejak kapan di kamusmu ada kata maaf, Putraku? Kau lebih ramah dari biasanya. Sudah berapa jauh Eva mengubahmu?” Martin kembali tertawa. Henry menghembuskan napas panjang. Detik itu itu juga, wajahnya datar, sedangkan mulutnya membentuk garis lurus. Rasanya kesal mendengar Martin menertawakannya, tetapi, kini dia tak ada tenaga untuk sekedar kesal dan marah. “Pa …!” ucapnya, dengan nada protes.Di seberang sana, tawa Martin kembali pecah. Dia merasa geli mendengar kata-kata asing dari mulut Henry. Di mana putranya ya
Last Updated : 2025-08-25 Read more