“Tolong jaga dia,” bisikku lagi.Aku masih berdiri di tempat, memandangi punggung Sigit yang perlahan menghilang di antara barisan tenda darurat. Langkahnya tampak berat, tapi ia tetap berjalan mengikuti petugas. Seorang ibu paruh baya yang memakai apron lusuh menghampiriku sambil membawa gelas plastik berisi teh. "Nak, minum dulu. Wajahmu pucat sekali," katanya sambil menyodorkan gelas itu. Aku menatapnya sebentar, lalu menerima gelas itu dengan tangan gemetar. "Terima kasih, Bu..."Tehnya masih hangat saat kuterima. "Saya lihat dari tadi kamu berdiri di situ. Capek ya? Yang penting keluargamu selamat, Nak." Ibu itu kemudian tersenyum. Dibersihkan kedua tangannya pada apron yang dipakainya. Aku mengangguk pelan. Tenggorokanku tercekat. "Iya, Bu. Alhamdulillah... suami saya selamat." Ibu itu tersenyum hangat. "Ya sudah. Minum dulu, baru duduk se
Terakhir Diperbarui : 2025-07-03 Baca selengkapnya