All Chapters of Pembalasan sang Istri Tertindas: Chapter 1001 - Chapter 1010

Janice tidak begitu mengerti maksud dari beberapa kalimat yang dikatakan Jason tadi.Sampai akhirnya, terdengar Anwar kembali berbicara. "Aku perkenalkan pada kalian, ini angkatku, Yosep."Begitu Anwar selesai mengatakan itu, seorang pria yang tinggi dan tegap masuk dari pintu samping. Setelan abu-abu yang dikenakannya membuatnya terlihat begitu gagah dan berwibawa.Saat melihat wajah pria itu, mata Janice langsung membelalak karena kaget. Wajah pria itu tampan dan familier. Dia pernah melihat foto-foto Anwar saat masih muda di kamar tidur Anwar. Pria di hadapannya ini sangat mirip dengan Anwar saat masih muda, terutama sepasang matanya itu yang sangat identik.Mendengar kata anak angkat, Janice teringat dengan beberapa hal yang pernah dikatakan Rensia padanya. Anwar juga pernah berjanji akan menjadikan Rensia sebagai putri Keluarga Karim dan menikah dengan mewah agar Rensia membantu menyingkirkannya. Namun, langkah awal adalah menjadikan Rensia sebagai anak angkat terlebih dahulu. Yan

Di dalam toilet.Leah akhirnya berhasil menemukan alasan untuk meninggalkan sisi Anwar. Saat berdiri di depan cermin rias, senyuman di wajahnya langsung menghilang. Dia sudah bersusah payah mendekati Anwar, tetapi pada akhirnya malah dijodohkan dengan seorang anak angkat. Mengingat mereka sudah meremehkannya, ekspresinya langsung menjadi muram.Saat Leah baru saja hendak melampiaskan kekesalannya, Verica masuk ke dalam dan langsung mengunci pintunya. "Kenapa? Berlari ke sini di depan umum, kelihatan nggak sopan.""Apa aku masih nggak cukup memalukan? Anak angkat saja mau dijodohkan denganku," kata Leah yang tidak berpura-pura menjadi wanita yang lembut dan anggun lagi saat melihat sekeliling kosong.Verica tersenyum dan berkata, "Pak Anwar bawa pulang anak angkat ini entah dari mana dan para tetua dari Keluarga Karim juga diam saja, berarti mereka sudah tahu sejak awal. Lagi pula, coba kamu perhatikan lagi baik-baik, wajah anak itu mirip dengan Pak Anwar, 'kan?"Begitu mendengar perkat

Di ruang istirahat.Saat Jason dan Zachary masuk, Yosep sedang duduk di kursi samping Anwar. Dia menatap kedua orang yang baru masuk sambil memegang cangkir teh, tetapi tidak berdiri dan hanya menganggukkan kepala. "Duduklah. Ayah sudah menunggu kalian cukup lama."Ekspresi Zachary langsung menjadi muram dan hendak mengatakan sesuatu, tetapi Jason mengangkat tangan dan menghentikannya. Dia pun terpaksa ikut duduk bersama Jason.Yosep meletakkan cangkir teh di tangannya ke atas meja dengan kekuatan yang tidak keras, tetapi tidak lembut juga. "Aku rasa aku nggak perlu memperkenalkan diriku lagi, 'kan? Kelak kita akan bekerja sama, jadi mohon bimbingannya."Zachary tertegun sejenak, lalu menoleh dan menatap Anwar yang duduk di kursi utama. "Apa maksudmu? Apa maksudmu kelak kita akan bekerja sama?""Kemampuan Yosep cukup bagus, sayang kalau bekerja di kantor cabang. Jadi, aku putuskan untuk memindahkannya ke kantor pusat. Kalian bersaudara jadi bisa saling membantu," kata Anwar dengan sant

Jason mengangkat tangannya dan menyelipkan rambut Janice yang tergerai ke belakang telinganya. Ujung jarinya mengelus pipi Janice, lalu mencubit dagu Janice dengan lembut. Dia berkata dengan nada tenang, "Selama ada aku, nggak akan terjadi apa-apa. Kamu cukup lakukan apa yang ingin kamu lakukan saja."Jika ini terjadi di masa lalu, Janice akan percaya Jason memang memiliki kemampuan sebesar itu. Namun sekarang, entah mengapa hatinya malah terasa tidak tenang. "Aku serius.""Aku juga serius. Aku nggak akan membiarkanmu dan Vega dalam masalah, aku janji," balas Jason."Jason, kamu harus ingat janjimu ya. Aku akan ingat semuanya. Kalau kamu sampai ingkar janji ...."Setelah mengatakan itu, Janice menyipitkan mata dan menatap Jason. Tangannya yang tadinya diletakkan di bahu Jason pun perlahan-lahan bergerak ke belakang leher Jason.Tepat saat Janice hendak bertindak, Jason tiba-tiba memutar tubuhnya dan memeluknya dari belakang. Seluruh tubuhnya terperangkap dalam pelukan Jason yang kuat.

Zion berkata dengan nada muram, "Kamu mau menyerah begitu saja? Bagaimana kalau ada orang yang tanya kamu tentang kejadian Pak Landon dan Nona Janice tiga tahun yang lalu? Kalau ada yang tanya hubunganmu dengan Pak Landon, bagaimana kamu menjawabnya?"Dalam sekejap, suasana di dalam ruangan langsung menjadi hening.Landon yang tadinya sedang minum teh pun langsung berhenti sejenak, lalu menyipitkan matanya dan memancarkan aura dingin.Chelsea pun memukul tangan Zion dengan tak berdaya dan berkata dengan terbata-bata, "Harus ... bagaimana lagi? Tentu saja jawab dengan jujur, Papa Donatur.""Chelsea," seru Zion yang masih mencengkeram leher Chelsea dengan kuat."Kalau nggak? Aku nggak mungkin jawab dia Sugar Daddy, 'kan? Itu juga harus tergantung situasinya, 'kan?" jawab Chelsea."Uhuk uhuk ...."Louise yang tadinya menahan napas pun langsung batuk-batuk karena terkejut dengan jawaban Chelsea. "Maaf, kalian lanjutkan saja."Landon meletakkan cangkir tehnya, lalu berkata, "Zion, lepaskan