All Chapters of Pembalasan sang Istri Tertindas: Chapter 1591 - Chapter 1600

Di dalam kantor.Melihat Arya tampak ragu, Rensia juga tidak berniat menjelaskan apa pun. Karena waktu dulu dia melakukan semua itu, alasannya memang cuma satu, yaitu uang. Jadi, dia tidak pernah berharap orang lain bisa memahaminya.Melihat Arya tetap diam, Rensia meletakkan makan malam yang dibawanya ke atas meja. "Begini saja, urusan selanjutnya jangan kamu ikut campur."Setelah berkata begitu, dia berbalik hendak pergi.Arya menurunkan berkas medis di tangannya dan segera menahan Rensia. "Kenapa? Bahkan nggak mau dengar aku bicara dulu?""Bicara apa?" tanya Rensia."Aku cuma merasa kamu seharusnya lebih cepat menemui Jason. Dia pasti akan membantumu.""Tiket pesawatnya terlalu mahal, aku nggak mampu beli," jawab Rensia dengan jujur."Ah ... itu benar juga," kata Arya sambil mengangguk serius.Rensia tiba-tiba tidak mengerti jalan pikiran pria itu. "Jadi, kamu cuma mau nanya itu?""Kalau bukan itu, apa lagi? Semua orang punya kesulitannya masing-masing. Sebagai dokter, aku sudah lih

Arya mengikuti arah pandang Rensia, lalu dengan canggung menarik jas putihnya untuk menutupi tubuh. "Aku ganti baju dulu.""Hmm." Rensia tersenyum kecil.Namun, ketika dia hendak berdiri untuk pergi, tanpa sengaja dia kehilangan keseimbangan dan menarik Arya, yang bajunya baru setengah dilepas. Mereka berdua pun terjatuh di atas ranjang kecil. Keduanya sama sekali tidak sempat bereaksi, jadi tubuh mereka saling menempel begitu saja."Kalian berdua ngapain?" Suara teguran seorang wanita tiba-tiba terdengar tajam. Arya segera menegakkan tubuhnya dan menoleh ke arah suara itu di balik sekat."Ibu?" Dia langsung bangkit panik, lalu buru-buru membantu Rensia berdiri. Namun, gerakannya masih kikuk. Di mata sang ibu, pemandangan itu terlihat sangat mencurigakan."Arya! Cepat ke sini!""Bibi, ini bukan seperti yang ...." Rensia mencoba menjelaskan, tetapi belum sempat menyelesaikan ucapannya, ibu Arya menoleh dan menatapnya tajam."Bu Rensia, ini rumah sakit, bukan bar!"Wajah Rensia langsung

"Aku ....""Paman keempatku? Apa dia yang suruh Ibu buat desak aku ikut kencan buta?" Arya langsung bertanya."Arya, gadis yang pamanmu kenalkan sudah lihat fotomu, juga tahu latar belakangmu. Dia bilang sangat puas. Dia ....""Nggak tertarik," potong Arya dengan datar. "Ibu jangan terlalu dekat sama dia. Waktu keluarga kita susah, dia diam saja. Sekarang setelah aku ikut Jason berinvestasi dan mulai menghasilkan uang, dia malah jadi sok dekat.""Arya, jangan ngomong begitu. Keluarga ini nggak boleh tercerai-berai. Kamu lupa pesan terakhir ayahmu?" Ibu Arya memejamkan mata.Arya hanya bisa menghela napas. "Sudahlah, aku antar Ibu pulang dulu."Keduanya turun bersama. Saat sampai di tempat parkir, mereka mendengar suara tangisan Nina.Ibu Arya segera berkata, "Pergi lihat dulu, jangan sampai terjadi apa-apa."Arya tak bisa menolak dan berjalan ke arah suara itu. Dia melihat Kate berdiri dengan wajah yang berwaspada, sementara Nina menangis di dalam mobil."Ada apa?" tanya Arya.Melihatn

Mendengar suara itu, pria itu dan Kate sama-sama terpaku di tempat. Pria itu menoleh ke belakang dan mendapati seorang pria dengan wajah serius berdiri dari kursi di belakangnya. Itu adalah Arya.Kate terkejut sampai tak sadar kalau kopi di depannya tumpah. "Kamu ... kenapa kamu di sini?"Arya menatapnya dengan tenang. "Bukan cuma aku."Begitu kalimat itu dilontarkan, pria itu tiba-tiba berdiri dengan panik. Ketika melihat orang-orang yang duduk di meja sebelah, dia hampir jatuh sampai harus berpegangan pada sandaran sofa agar tidak limbung. "Pak Jason ... Bu Rensia ... Bu Janice ...."Rensia mengangkat cangkir tehnya, menatapnya dengan datar sambil berkata, "Kamu seharusnya berterima kasih pada kami. Kalau nggak, setelah minum kopi itu, mungkin kamu sudah ...."Ucapannya menggantung, lalu dia menoleh ke arah Kate. "Dokter Kate, sungguh nggak kusangka, seorang dokter bisa berbuat hal sebodoh ini.""Kamu ngomong apa?" Kate menggertakkan gigi dengan marah."Perlu aku periksa isinya?" Ren

Sementara mereka menangkap Kate, pernyataan Rensia dan Cheria juga dipublikasikan ke internet. Terutama Cheria, dia dengan sukarela berdiri memberi wawancara, mengakui kesalahan-kesalahan dalam hidupnya.Dia dengan halus menjelaskan masa lalunya dengan Anwar, tanpa menyebut nama secara langsung. Namun, bagi yang paham, cerita itu jelas penuh liku. Bagi yang tidak paham, melihat keberaniannya mengakui kesalahan membuat banyak orang merasa iba dan memaafkan.Soal Rensia yang pernah bekerja di bar, Cheria menangis saat menjelaskannya. "Aku paling bersalah pada anakku. Membiarkannya menderita, nggak mampu membayar biaya kuliah, sampai dia harus kerja sambil kuliah. Waktu itu aku bukan ibu yang baik, malah menjadi beban baginya. Kalau kalian mau menyalahkan, salahkan aku saja sebagai seorang ibu."Setelah kata-kata itu diucapkan, meskipun masih ada hujatan di internet, situasi menjadi jauh lebih baik daripada sebelumnya. Wawancara itu selesai. Publik baru menyadari Yosep dan ibunya belum mu