Di bandara, Landon mengulurkan tangan untuk mengambil koper Janice. "Janice, aku minta maaf. Aku benar-benar nggak tahu Rachel bisa sebodoh itu.""Nggak apa-apa, toh aku juga akan pergi. Malah harus terima kasih karena kamu sudah menyiapkan semuanya untuk keberangkatanku secepat ini."Tatapan Janice tenang, tetapi dari sudut matanya, dia terus melirik ke arah luar bandara.Landon tahu dia masih belum rela pergi. Mungkin belum rela meninggalkan tempat di mana dia tumbuh, atau keluarga, atau mungkin seseorang.Landon mencoba menenangkan, "Mau telepon dulu sebentar buat pamitan?"Janice mengalihkan pandangan dan menggeleng. "Nggak usah. Ibuku itu cengeng, sekali nangis nggak bisa berhenti. Aku nggak sanggup dengarnya."Meskipun begitu, suara Janice terdengar serak dan menahan tangis. Bahkan untuk mengucapkan selamat tinggal pada ibunya pun tidak bisa, mana mungkin dia bisa merelakan semudah itu?Setelah Janice menenangkan diri, Landon berkata dengan lembut, "Ayo, aku sudah minta Zion siap
Read more