Pram menggenggam ponselnya erat, emosinya membuncah. Mereka menikah? Sungguh tidak punya hati. Belum genap 40 hari sang ibu meninggal, dan yang lebih tidak punya hati lagi, mereka membawa Sakti untuk dipamerkan seolah mendapat restu dari keluarga Arya.Pram tidak habis pikir, di mana hati dan otak orang-orang seperti mereka. Arya, Imel, juga keluarganya, di mana meletakkan hati mereka? Tidak ingatkah mereka siapa Arya? Siapa Hasna?“Arghhh...!” Pram menggeram, lalu memukul handel stir. Tak ada kata yang mampu mendeskripsikan kondisi hatinya saat ini. Sakit membayangkan bagaimana ibunya jika masih ada.Foto-foto dan video itu terus berputar di kepalanya. Wajah Arya yang semringah seolah tidak baru saja kehilangan istri, lalu Imel yang tidak tahu malu, dan keluarganya yang bersuka cita dengan pernikahan itu. Dan terakhir, wajah Sakti yang...“Arghhh...!” Sekali lagi Pram memukul stir. Dengan napas memburu, ia mencoba menekan nomor Arya lagi. Kali ini ia tidak peduli apakah panggilan itu
Huling Na-update : 2025-01-29 Magbasa pa