Sementara wajah Pram seketika tegang. Kekakuan menyelimuti mereka, sebelum kekehan Pram terdengar lagi. Tangannya mencubit kecil hidung Puspita.“Jangan berani-berani. Dosen, mahasiswa, semua laki-laki, tetap laki-laki. Sekali kamu berpaling, aku culik kamu, bawa kabur, dan kunci di kamar tidak akan membukanya lagi.”Tawa Puspita makin riuh. Lega. Pram tidak salah paham tentang dosen muda. Tentang … Haidar.Setelah tawanya mereda, Puspita kembali bersandar di dada Pram, merasa damai. Ia bisa mendengar detak jantung suaminya yang stabil, menjadi irama tenang di telinganya.“Mas, menurutmu … bagaimana hubungan Bang Prabu dan Andini bisa harmonis seperti kita tidak?” Puspita mengalihkan obrolan.“Bisa, Sayang. Percayalah,” jawab Pram mantap. Ia mengelus punggung Puspita perlahan. “Mas bisa melihat ada benih cinta di mata mereka. Ada iri dan cemburu juga jika melihat kita mesra, kan?”“Kamu sengaja ya, Mas bikin mereka panas?” Puspita mengerucutkan bibir, setengah mencibir.“Ya tentu saja.
Last Updated : 2025-04-28 Read more