Sugeng menggeleng liar, tapi tubuhnya berbohong. Dinda tertawa pendek, lalu memandang Rizka—yang saat itu sedang terengah-engah di pelukan Juned. “Mbak, boleh aku pinjam suamimu sebentar?” Dinda menjilat bibir. “Dia kelihatan lapar.” Rizka, tanpa melepas pandangan dari Juned, hanya melambai tangan acuh. “Lakukan apa saja. Aku sudah selesai dengannya.” Juned tertawa kasar, menggigit bahu Rizka. “Dengar itu, Sugeng? Kau barang bekas sekarang.”Dinda tak membuang waktu. Dengan gerakan cepat, dia membalikkan posisi Sugeng, menekannya ke lantai. “Jangan khawatir,” bisik Dinda sambil membuka kancing celana Sugeng, “aku juga akan memberimu sebanyak yang Juned beri ke istrimu.”Sugeng terisak, tapi tubuhnya menyerah. “Lihat mereka, Sugeng,” Dinda mendesis, tangan bergerak cepat. “Lihat bagaimana istrimu menikmati diri sendiri—sementara kau tak bisa melakukannya.” Sugeng menggigit tangannya sendiri untuk menahan erangan—tapi Dinda menarik tangan itu. “Jangan. Aku mau dengar.”
Terakhir Diperbarui : 2025-06-17 Baca selengkapnya