Keesokan harinya, suasana canggung langsung terasa saat ketiganya duduk bersama di meja makan. Keyra duduk di antara dua sumber tekanan: Kak Rangga di hadapannya, dan Abizar di sebelahnya. Bulu kuduk Keyra mendadak meremang.Tangannya gemetar saat menyendok bubur, bahkan napas pun terasa berat seolah ada hawa dingin yang mengurungnya. Jantungnya berdetak cepat, bukan karena gugup biasa. Lebih seperti ketakutan yang tak bisa dijelaskan.Dia tak sanggup mengangkat kepala, apalagi menatap Kak Rangga. Pandangan pria itu terlalu menembus, dan kehadiran Abizar di sisi lain seperti tembok dingin yang membekukan udara. Tak ingin berlama-lama, Keyra buru-buru meneguk habis susu di gelasnya.“Aku selesai. Aku berangkat dulu!” ucapnya cepat, meletakkan gelas dengan suara yang sedikit berisik.Tante Sandra menoleh dengan dahi berkerut. “Loh, kenapa buru-buru, Nak? Ini masih pagi.”Keyra memaksakan senyum. “Aku piket hari ini, Ma. Jadi harus berangkat pagi,” jawabnya, lalu mencium tangan sang ibu
Terakhir Diperbarui : 2025-05-13 Baca selengkapnya