Semua Bab Perselingkuhan Yang Manis: Bab 401 - Bab 410

Begitu Kayla keluar dari ruangan Ferdy, Kiki langsung menyambutnya dengan setumpuk berkas serta sebuah buku tebal pada Kayla.“Kayla, nanti jam sembilan Pak Ferdy ada meeting. Kamu pelajari dulu berkas-berkas ini ya. Dan, di buku ini ada jadwal kerja bapak Ferdy. Jangan sampai ada satu pun yang terlewat,” kata Kiki memberi penjelasan.Kayla mengangguk tanda mengerti.“Kalau begitu, aku kembali ke ruangan sekarang. Kalau ada yang ingin ditanyakan silahkan dial satu dua satu.”Sekali lagi Kayla mengangguk dan mengiringi langkah kecil Kiki dengan matanya.Begitu Kiki lenyap dari pandangan, Kayla memutari meja kerjanya, kemudian meletakkan tas di atas meja, dan mendudukkan diri di kursi. Ia mulai mengamati tumpukan berkas-berkas di hadapannya dan mulai bekerja.Satu jam kemudian, Kiki kembali muncul. “Kayla, hubungi Pak Ferdy sekarang, katakan kalau meetingnya akan segera dimulai,” Kiki memberi instruksi.Kayla pun melaksanakan apa yang dikatakan Kiki. Ia mengangkat gagang telepon dan

Dua puluh menit kemudian Nabil tiba di kantor Kayla. Melihat muka Kayla yang dilipat Nabil bertanya-tanya sendiri tentang apa yang telah terjadi. “Kita makan dimana, Kay?” tanya Nabil begitu Kayla baru saja selesai memasang seat belt."Terserah kamu,” jawab Kayla tanpa menentukan pilihan. Baginya, yang penting siang ini bebas dari Ferdy.“Gimana kerjanya? Lancar?” Nabil kembali bertanya begitu bermenit-menit kemudian Kayla tidak bersuara.Kayla sebenarnya ingin bercerita banyak pada Nabil tentang sikap atasannya yang kurang membuatnya nyaman. Namun, ditahannya diri. Kayla tidak mau melibatkan Nabil pada hal-hal yang seharusnya bisa diatasinya sendiri. Apalagi sejak Radit tiada, Nabil memposisikan diri sebagai sosok yang benar-benar memproteksi dirinya dan Kayra.“Lancar, Bil,” jawab Kayla sesaat kemudian.“Bos kamu?”“Lancar juga, dia baik kok.”“Oh, syukurlah.”* * *Menaklukkan Kayla ternyata tidak semudah yang dibayangkan Ferdy. Sudah beberapa kali Kayla menolak ajakan makan sia

Kayla menghempaskan tubuhnya yang lelah di pembaringan. Lelah tubuhnya ia rasa tidak seberapa dengan lelah hatinya. Hari ini benar-benar hari yang membuat hatinya terguncang. Dari pagi ia sudah dikerjai sang atasan. Untung saja setelah Kayla memenuhi ajakan makan siangnya, Ferdy menghentikan tingkah konyolnya. Kayla harap besok dan besoknya laki-laki itu akan berubah dan bersikap lebih baik lagi padanya.Kayla memejamkan mata dan berniat beristirahat sejenak. Namun, ketika teringat sesuatu ia kembali membuka matanya yang terlanjur terpicing.Sejak pulang tadi ia tidak melihat Kayra, pun dengan Lisa. Kayla mengurungkan niatnya untuk beristirahat dan bangkit dari tempat tidur, kemudian mencari ke setiap penjuru rumah. Namun, tak ditemukannya putrinya itu, maupun pengasuhnya.Mungkin mereka di sebelah, pikir Kayla. Setelah mengganti bajunya Kayla pun berjalan ke rumah papa. Tadi sepulang kerja, ia memang belum mengganti baju dan langsung rebahan.“Tadi sih ada disini, tapi sudah pergi,”

Kekesalan masih meraja di hati Kayla begitu bertemu dengan Ferdy keesokan harinya di kantor. Ia belum bisa melupakan kejadian semalam, dan tidak akan mungkin bisa lupa.Setelah membacakan agenda kerja Ferdy seperti biasa, Kayla membuatkan kopi. Dengan muka dilipat Kayla mengantarkan kopi itu dan meletakkannya di atas meja, langsung di hadapan Ferdy. Dan, tanpa berkata apapun, Kayla langsung pergi. Namun, baru saja tangannya meraih handle pintu, suara Ferdy menahan langkahnya.“Mikayla!”Mau tidak mau Kayla memutar tubuh kembali menghadap Ferdy.“Ada apa, Pak? Ada yang harus saya lakukan lagi?” tanyanya dengan suara dan muka datar. Memendam kekesalannya dalam-dalam.“Nyalakan tv-nya!” perintah Ferdy tanpa kata tolong.Kayla melangkahkan kaki ke sudut ruangan dan menekan tombol power pada sebuah televisi layar datar yang terpajang manis. Sebuah program infotainment langsung tersaji.Merasa tugasnya sudah selesai, Kayla bermaksud pergi. Namun, hanya beberapa langkah, Ferdy kembali memang

“Jadi kita mau kemana, Kay?” tanya Nabil setelah lebih dari sepuluh menit mutar-mutar tidak jelas demi menghindarin Ferdy setelah tadi Kayla mengusirnya secara halus.“Terserah aja, Bil, yang penting nanti pas kita pulang orang itu sudah pergi,” jawab Kayla dengan mulut mengerucut. Kekesalannya pada Ferdy begitu menempel di hati dan otaknya. Sampai-sampai sedikit pun ia tidak lagi mampu melihat sisi baik dari lelaki itu.“Kita makan aja, yuk!”“Boleh.”“Kalau disana tidak apa-apa?” Nabil menunjuk ke sebuah tempat makan pinggir jalan. Khawatir Kayla akan menolak jika ia mengajaknya makan di sembarang tempat.“Tidak apa-apa, Bil, aku enggak gengsian kok.”Nabil tersenyum tipis. Kayla ternyata masih seperti yang dikenalnya dulu. Sederhana dan membumi.“Aku heran kenapa Ferdy sampe segitunya ke aku,” ungkap Kayla begitu suapan pertama lolos ke perutnya.“Mungkin dia masih suka sama kamu, Kay,” kata Nabil menanggapi.“Masa sih, aku mah apa?”Senyum di bibir Nabil seketika mengembang. Kayla