Semua Bab 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan : Bab 81 - Bab 90

Onel memperhatikan Aldebaran dari ujung rambut sampai ujung kaki dan terlihat gurat kekhawatiran di wajahnya."Aku serius, Kells! Are you ok?"Aldebaran bingung harus menjawab apa. Karena ada beberapa alasan yang tidak bisa dia katakan pada orang lain. "Ayo kita masuk!" ajak Aldebaran."Ok!""Kamu dari mana?" tanya Aldebaran. "Kuliah," jawab Onel singkat."Oh? Bukannya kamu pernah bilang, kerja?""Hahaha, cuma kerja paruh waktu aja. Kamu nggak mau nanya Zoya?"Seketika, jantung Aldebaran berdegup lebih cepat. Dia menghentikan langkahnya."Kenapa, Kells?" tanya Onel sambil ikut menghentikan langkahnya.Aldebaran menoleh kepada Onel dan bertanya, "Apa dia baik-baik saja?""Aku nggak yakin," jawab Onel sambil mengangkat kedua bahunya. Dia melangkah menuju lift."Kenapa? Aku denger-denger, keluarga Alexander lagi nyari bodyguard. Bener, nggak?" Aldebaran mengikuti Onel."Ya, mereka kehilangan akal untuk membujuk Zoya ...."Onel terlihat ragu-ragu saat menceritakan Zoya. Dia tidak melanj

Mata Aldebaran dan Zoya bertemu."Kamu? Kenapa kamu balik lagi ke rumahku? PAPA yang suruh kamu?"Aldebaran merasakan dadanya sesak. "Nggak, Nona. Saya mengajukan diri untuk menjadi pengawal Anda. Karena saya benar-benar butuh uang," jawab Aldebaran, tenang. Aldebaran berusaha agar tidak terpancing emosi karena Zoya."Berapa banyak uang yang kamu butuh? Aku akan kasih sesuai dengan yang kamu minta. Setelah itu, kamu bisa pergi menjauh dari kehidupanku!" Masih dengan nada yang sama, Zoya melontarkan niatnya untuk mengusir Aldebaran.Kali ini, Aldebaran tidak tinggal diam. Dia membalas ucapan tajam Zoya dan berharap dia tidak sakit hati karena ucapannya. "Saya nggak mau uang Anda, Nona!" tolak Aldebaran, tegas. "Saya sudah menandatangani perjanjian kerja tertulis dengan Tuan Sultan. Karena itulah, saya harus patuh.""Itu benar, Zoya!" seru suara berat dari luar kamar tidur Zoya."Papa?" Zoya menundukkan kepala. Dia tidak berani menatap Sultan yang tegas."Zoya, bersikap baiklah sama

"Nona Zoya, ini obat siapa?! Kenapa obat ini ada di kamar kamu?!"Aldebaran menatap obat yang berhamburan di lantai. Dia juga menatap Zoya dengan pandangan tidak percaya. Dia menduga, Zoya mengonsumsi obat yang menurutnya sangat berbahaya. Dan sepertinya, dugaannya tepat. Wajah Zoya pucat pasi. Walaupun tubuhnya bergetar, mulutnya bungkam. Aldebaran sangat penasaran, apa yang sedang Zoya pikirkan?"Kenapa Anda nggak jawab?!" Zoya tidak berani menatap Aldebaran. Tapi sebaliknya, Aldebaran yang sedang menahan emosi berjalan mendekatinya."Kamu tahu, obat apa itu?" Zoya mengangguk pelan tanpa bersuara. Aldebaran bertanya lagi, "Obat itu punya kamu?" Lagi-lagi, Zoya hanya mengangguk. "Pertanyaan terakhir, Tuan Sultan tahu, kamu konsumsi obat tidur ini?"Seketika itu juga, Zoya mendekati Aldebaran dan meraih tangannya. "Tolong jangan kasih tahu Papa! Aku mohon ....""Kenapa?!" Antara tega dan tidak, hati Aldebaran goyah saat menatap wajah Zoya yang memelas."Jangan kasih tahu Papa

"Aku nggak ngerti maksud kamu!"Zoya menatap Aldebaran dengan dahi yang berkerut. "Ini kan gambar sebuah keluarga lagi pegangan tangan. Mereka terlihat saling menyayangi dan mengasihi. Tapi, gimana kalo dunia berhenti seketika?"Bagi Zoya, pertanyaan Aldebaran sungguh konyol!"Hei! I won't let it happen!" Zoya menatap marah ke arah Aldebaran."Nona, dunia ini bukan milik kita. Kamu tahu, kan?" tanya Aisha, menatap Zoya.Mata coklat milik Zoya berkaca-kaca.Zoya tidak ingin membayangkan jika dunia benar-benar berhenti. Dia terlalu takut berpisah dengan keluarganya. Zoya menatap Aldebaran dan Aisha bergantian."Nona, are you ok?" tanya Aldebaran. Dia meraih bahunya untuk menyadarkan Zoya dari lamunannya.Brakk! Zoya memukul meja. Lalu, pergi."Nona, tunggu!" teriak Aldebaran. Dia beranjak mengejar Zoya.Aldebaran berlari dengan cepat menyusul Zoya yang melangkah ke luar panti asuhan."Nona Zoya!" teriak Aldebaran. Aldebaran melihat Zoya menyeka air mata. Dia merasa bersalah pada Zoy

Bagi mereka, hidup bagaikan roda yang terus berputar. Namun bagiku, hidup bagaikan bola salju. Semakin menggelinding tentu akan semakin besar. (2 BILLION DOLLARS)**Aldebaran dan Sultan saling pandang. Ada kebahagiaan dari dalam mata Sultan."Kenapa, Tuan? Saya nggak ngerti.""Ikut saya!"Aldebaran mengikuti Sultan menuju ruang kerjanya yang terletak di sisi kanan bangunan utama. Jalanan setapak menjadi satu-satunya yang mereka lewati karena rumput yang basah diterpa air hujan.Sultan melangkah masuk ke ruang kerjanya yang ditata sedemikian rupa. Aldebaran melihat banyaknya rak serta lukisan yang terpajang di ruang kerja Sultan."Ternyata Anda hobi membaca, Tuan," ujar Aldebaran mengagumi banyaknya buku yang diletakkan di rak hitam panjang menjalar ke dinding."Ya. Duduklah!"Mereka duduk di sofa berwarna hitam pekat. Aldebaran tidak berpaling dari Sultan. Ada sedikit keraguan di hatinya saat menatap Sultan."Saya mau kamu tahu beberapa hal tentang Zoya," ujar Sultan."Tentu, Tuan."