All Chapters of Istri Dingin Sang Presdir: Chapter 151 - Chapter 160

“Ada apa dengan sikapku? Memangnya aku mengganggu siapa? Katakan, kau ini benar-benar ibuku atau bukan! Mana ada ibu kandung yang tega merendahkan putrinya sendiri seperti ini.” Serena Caldwell menampakkan sedikit kekesalan. Bahkan amarahnya ikut dilampiaskan kepada Viktor Altair. Semua ini gara-gara pria itu. Jika bukan karena dia, mana mungkin ibunya akan berbicara sekasar itu padanya?“Sudahlah, ini masih di depan tamu. Mengapa kalian malah ribut seperti ini?” Ruis benar-benar tak berdaya setiap kali berhadapan dengan ibu dan anak itu. Apa boleh buat, keluarga ini memang didominasi oleh para wanita; merekalah yang selalu memegang kendali.“Tamu? Dari mana ada tamu?” Serena Caldwell tersenyum sinis. Bukankah pria itu sendiri yang mengatakan bahwa sejak perjanjian itu berlaku, keluarganya juga merupakan keluarga mereka? Jadi, siapa sebenarnya yang disebut tamu sekarang?Viktor Altair menyinggungkan senyum tipis di sudut bibirnya—senyum yang jarang terliha

Setelah keributan yang terjadi di lantai bawah, Clara Ruixi menyadari bahwa ia tidak punya banyak waktu untuk memperbaiki laporannya. Maka, segera setelah mandi, ia berlari menuju ruang kerjanya. Tak disangka, ia tidak menemukan Aiden Zephyrus di sana. “Bukankah biasanya pria itu selalu sibuk dengan setumpuk dokumen yang harus dibaca? Mengapa kali ini ia tak terlihat sama sekali?”Clara Ruixi menggeleng pelan, tidak berniat mencarinya lebih jauh. Ia pun duduk di depan meja kerjanya, mengeluarkan laporan yang harus direvisi dari dalam tas kerjanya, lalu mulai fokus bekerja dengan serius.Clara Ruixi tampak luar biasa memesona ketika dalam keadaan tenang. Tatapan matanya yang menawan terpusat penuh pada laporan di hadapannya. Wajahnya yang lembut dan elegan bersemu merah muda, mungkin karena baru saja selesai mandi, seluruh dirinya memancarkan kesegaran alami yang menenangkan.Sebuah lagu berbahasa Inggris yang lembut tiba-tiba memecah ketenangan di ruang ke

Ketika Clara Ruixi kembali sadar sepenuhnya, suasana di sekitarnya telah berubah menjadi semakin panas dan intim. Kini, untuk mundur pun sudah tidak mungkin lagi. Ia hanya bisa menegur dirinya dalam hati: “Clara Ruixi, kau ini perempuan macam apa? Mengapa selalu terpikat oleh ketampanannya?”Aiden Zephyrus sama sekali tidak peduli pada gejolak batin kecil di dalam pikirannya. Hasratnya telah sepenuhnya terpancing oleh setiap gerak dan napas Clara Ruixi. Tangannya dengan tak sabar menyelinap ke dalam piyama yang dikenakannya. Namun saat jemarinya menyentuh kulit lembut tanpa penghalang apa pun, ia sempat tertegun — ternyata bagian bawah piyama itu kosong, tanpa apa pun yang menutupi keindahan yang tersembunyi di dalamnya.“Istriku, sepertinya kau memang sudah siap untuk menjeratku,” bisik Aiden Zephyrus dengan napas tersengal di telinganya, disertai tawa kecil yang menggoda, seolah apa yang terjadi barusan telah mempersingkat banyak tahapan baginya.“Aiden,

Aiden Zephyrus menatap Xavier Rainier yang kabur dari kantornya dengan kecepatan luar biasa hingga tak sempat menoleh. Sudut bibirnya pun tak kuasa untuk tidak berkedut. Anak itu, apakah harus bersikap seberlebihan itu? Bukankah hanya soal mengadakan konferensi pers? Toh, juru bicara media dari perusahaan hiburan bisa menanganinya. Ia hanya memintanya mencari tahu kebenaran dari kasus tersebut secara langsung — tapi lihatlah, bukannya bekerja, malah lari terbirit-birit.Melihat tumpukan dokumen yang tadi dilemparkan kembali olehnya, alis Aiden Zephyrus semakin berkerut. Bukan hanya kasus perusahaan hiburan yang ditolaknya, bahkan berkas sponsor dari kelompok militer pun tidak ia ambil.“Sekretaris Anna, tolong masuk sebentar.” Aiden Zephyrus akhirnya menekan tombol telepon internal. Ia tahu, satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan meminta Anna menanganinya.“Presiden, Anda memanggil saya.” Setelah mengetuk pintu beber

Sepanjang perjalanan masuk, karena bertepatan dengan waktu makan siang, mereka tidak bertemu dengan satu pun prajurit, sehingga kehadiran Lyra tidak terlalu menarik perhatian. Sebaliknya, Lyra justru dipenuhi rasa ingin tahu terhadap segala hal.“Kak Ruixi, area militer tempatmu ini besar sekali. Apakah banyak orang di sini?” tanya Lyra dengan kepala sedikit dimiringkan, nada suaranya penuh rasa penasaran.“Ya, banyak. Di dalamnya terdapat beberapa divisi,” jawab Clara Ruixi singkat. Ia tidak menjelaskan lebih jauh karena bahkan dirinya pun belum sepenuhnya memahami semua rinciannya.“Oh, begitu! Kalau begitu, berapa banyak orang dalam satu divisi?” Lyra tampaknya belum puas, rasa ingin tahunya membuatnya terus menggali pertanyaan demi pertanyaan.“Secara umum, dalam struktur militer terdapat tiga sistem utama. Selain wilayah militer kita, satu kesatuan militer biasanya memiliki empat divisi, enam belas brigade, enam puluh empat resimen, dua ratus