All Chapters of Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan: Chapter 211 - Chapter 220

Agatha terkejut melihat tindakan Bibi Sarah. “Bibi, apa yang sedang kamu lakukan? Cepat bangun. Kamu sudah cukup tua, berlutut seperti ini di hadapanku... bukankah itu justru mempermalukanku?”Namun Sarah tahu betul betapa seriusnya masalah ini.“Agatha, kamu lihat sendiri... Jolie sudah menerima balasannya. Kamu orang yang berhati besar. Bisakah kamu... tidak menceritakan hal ini kepada siapa pun? Setelah dia dirawat di rumah sakit, Bibi akan segera membawanya pergi. Kami tidak akan kembali lagi, sungguh... Dia belum menikah. Kalau masalah ini sampai tersebar, hidupnya akan hancur. Dia masih muda. Bisa... bisa tolong diberi satu kesempatan saja?”Agatha menatapnya dalam-dalam.“Jadi Bibi tahu apa yang dia lakukan padaku?” tanyanya, dingin.“Bi... Bibi tidak tahu pasti. Tapi Bibi bisa menebaknya,” jawab Sarah dengan suara pelan.“Kalau begitu Bibi pasti tahu bahwa dia mengutuk aku dan anak dalam kandunganku dengan cara yang keji. Perbuatannya bukan lagi kesalahan biasa. Itu kejahatan.

Ezra memahami maksud Agatha. Ia berkata tenang, "Benda ini sangat jahat. Lebih baik dibakar saja. Jangan khawatir, begitu banyak mata telah melihatnya. Semua orang bisa menjadi saksi atas kejadian ini."Adnan memandangi boneka kutukan yang masih tergeletak di tanah. Rasa tidak nyaman menggerogoti tubuhnya. Entah kenapa, meski hanya sebuah boneka kayu, keberadaannya seolah membawa hawa kematian."Sayang," katanya, "Komandan Ezra orang yang bisa dipercaya. Dengarkan aku—bakar saja benda kotor ini."Erin ikut mendukung,"Agatha, Ezra dan aku bisa bersaksi untukmu kapan pun dibutuhkan. Dan kalau kamu perlu bantuan di masa depan, kami takkan ragu menolong."Melihat semua orang sudah menyatakan pendapatnya, Agatha merasa tak enak hati untuk bersikeras.Lagi pula, meskipun ia pribadi tidak mempercayai hal-hal semacam ini, menyimpan boneka itu juga hanya membuat suasana semakin tak nyaman. Maka ia mengangguk setuju.Ezra segera mengambil inisiatif. Ia membawa boneka kutukan itu ke halaman dan

Sarah mengira putranya telah pergi. Namun saat melihat wajah Ezra yang sedingin batu, ia tahu… dia sudah mendengar percakapan di bangsal tadi."Ayo kita jalan-jalan sebentar," ucap Sarah pelan.Tanpa sepatah kata, Ezra dan Erin mengikutinya meninggalkan rumah sakit. Mereka bertiga duduk di deretan bangku taman rumah sakit, tempat orang-orang biasa beristirahat.Suasana hening. Lalu Sarah membuka suara."Kalian pasti dengar apa yang ibu katakan pada Jolie tadi."Ezra mengangguk. "Aku dengar semuanya."Sarah menghela napas panjang. "Itu bukan kata-kata yang keluar dari kemarahan semata. Ibu sungguh-sungguh."Erin sempat terkejut. Saat mendengar ucapan ibu mertuanya tadi di depan bangsal, ia semula mengira itu hanya luapan emosi sesaat. Tapi sekarang… ia tahu, ibu mertuanya benar-benar terluka.Jolie dulunya adalah permata hati ibu mertuanya—putri yang paling disayanginya. Tapi kini, luka yang ditorehkan Jolie terlalu dalam."Ibu benar-benar memutuskan hubungan dengan Jolie?" tanya Erin

Agatha tidak menyangka bahwa Jolie benar-benar akan meninggal. Kematian itu begitu mendadak.Seluruh orang di asrama militer membicarakannya. Semua orang tahu apa yang pernah dilakukan Jolie terhadap Agatha. Tidak satu pun yang menunjukkan simpati. Sebaliknya, banyak yang menganggap ini sebagai karma—pembalasan atas perbuatan buruknya. Ia pernah mencoba menyakiti orang dengan ilmu sihir kejam, dan akhirnya, justru berakhir sebagai korban dari niat jahatnya sendiri.Setelah kematiannya, jasad Jolie disimpan di kamar mayat rumah sakit.Sarah begitu terpukul hingga jatuh sakit. Ia dibawa pulang oleh Ezra agar bisa dirawat lebih baik. Erin juga tetap tinggal di sampingnya, terus menenangkan dan menguatkan hatinya.Ezra sempat meminta izin kepada ibunya untuk mengkremasi jenazah adiknya. Awalnya, Sarah menolak. Ia ingin membawa putrinya pulang dan dimakamkan di kampung halaman. Namun, membawa jenazah dalam perjalanan jauh bukan hal yang mudah. Ia takut jika dikebumikan di tempat asing, put

Ini adalah pertama kalinya mereka memasuki lingkungan tempat tinggal manusia. Wajar jika mereka terlihat gugup dan sekaligus penasaran.Cuaca awal musim gugur mulai berubah dingin. Di halaman rumah, beruang hitam besar dengan hati-hati menurunkan macan tutul besar dari punggungnya.Suhu dingin seperti ini justru cocok untuk kondisi luka. Risiko infeksi lebih kecil, dan proses penyembuhan pun jadi lebih baik.Beruang hitam menoleh pada macan tutul dan berkata dengan nada iri, "Kamu benar-benar beruntung bisa bertemu manusia sebaik dia. Kalau tidak, mungkin kamu sudah mati di pegunungan."Macan tutul besar hanya mengangguk pelan. Ia tahu benar, ia nyaris kehilangan nyawa. Tapi kini, dalam suasana yang aman dan hangat ini, ia bisa sembuh tanpa rasa takut.Namun, ia adalah hewan karnivora dengan nafsu makan yang besar. Ia tidak bisa berburu dalam keadaan terluka seperti ini, dan tentu saja, rumah manusia ini tak bisa menyediakan daging sebanyak itu.Setelah berpikir, ia pun menemukan solu