Semua Bab Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku: Bab 331 - Bab 340

“Astaga, disuruh kasih kata-kata romantis, malah dikasih puisi buatan Vicky Prasetyo,” ujar Nina semakin kesal.“Ya maaf, sayang. Aku gak bisa buat kata-kata romantis. Aku pun bingung,” jawab Bryan pasrah.“Ih, kok gak bisa sih? Bukannya kamu ahlinya ya?”“Ya itu dulu, tapi entah kenapa sekarang keahlianku itu sudah menghilang tiba-tiba.”“Hmm, mungkin saja keahlian kamu itu sudah diserap oleh seseorang. Tapi ya sudahlah, Mas. Kamu boleh tidur sekarang. Aku udah izinin kok.”Bryan merasa lega lalu memasang senyum manisnya. “Makasih ya, sayang. Aku tidur dulu. Goodnight.”*Keesokan paginya, Bryan bangun lebih awal. Mengingat dirinya yang tak diperbolehkan kemana-mana, Bryan ingin kehadirannya itu sedikit berguna selama berada di rumah. Pagi ini, Bryan rencananya akan membuatkan Nina sarapan khusus.B

“Seharusnya ibu jangan repot-repot mengantarkan saya pulang,” kata Riko. Saat ini mereka sudah berada di setengah perjalanan menuju rumah Riko.“Ah, gapapa kali, Pak. Cuman ngantar pulang kok. Hitung-hitung ini balasan saya atas kinerja Bapak hari ini. Sangat memuaskan. Suami saya bahkan memuji hasil kerja Bapak. Oh ya, apa Bapak mau singgah makan sekalian? Saya yang traktir deh.”Riko menggeleng pelan. Walaupun dia mau, tapi rasanya juga tidak enak apabila menerima tawaran dari Nina.“Kenapa gak mau, Pak? Biasanya Bapak paling laju soal beginian,” tanya Nina heran.“Saya gak enak sama Pak Bryan. Takutnya kita dikira selingkuh kalau lama-lama berduaan begini, apalagi sampai makan bareng,” jelas Riko mengungkapkan keganjalan di hatinya.Nina justru terkekeh. “Selingkuh? Gak sampai segitunya kali, Pak. Lagian suami saya juga sudah percaya sama Pak Riko

“Nina, aku sudah mendapatkan alamat tempat Riko disekap,” ujar Dicky melalui panggilan suara. “Aku kirim lokasinya via chat ya.”“Oke, Dicky. Thank you ya,” pungkas Nina lalu menutup telepon tersebut.Nina yang tadinya fokus menyetir langsung menepikan mobilnya di pinggir jalan. Dia membuka pesan dari Dicky dan melihat lokasi yang dikirimkannya itu. Tanpa berpikir panjang, Nina segera melajukan mobilnya ke lokasi tersebut.Nina terus mengikuti rute yang ada. Semakin dekat dengan titik lokasi, semakin jauh pula Nina dari perkotaan.“Mereka menyekap Riko di mana sih? Kok sampai keluar dari area kota. Aku jadi ngeri,” gumam Nina ragu-ragu untuk melanjutkan perjalanannya. Tapi dia segera membuang pikiran buruknya itu. “Ah, gas aja kali ya. Aku gak boleh prasangka buruk begini. Lagian Dicky kan sudah janji kepadaku bahwa William gak bakal berani menyakitiku. Jadinya aku pasti aman-aman saja.”Akhirnya sampai juga Nina ke lokasi itu. Dia berhenti tepat di sebuah bangunan tua terpencil yang k

“Jadi bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan?” tanya yang lain.“Kita tinggalkan saja mereka berdua di sini!”“Lalu bagaimana dengan perempuan ini? Tidak mungkin kita meninggalkannya begitu saja. Bisa-bisa dia mati karena kehabisan darah.”“Terus kau mau ngapain sekarang? Kau mau menolongnya dan membawanya ke rumah sakit? Bisa-bisa kita malah dicurigai oleh pihak rumah sakit dan berakhir di penjara. Apa kau mau hal itu terjadi?”Begitu lama mereka berdebat hingga akhirnya keenam orang itu pun memutuskan untuk meninggalkan Nina dan Riko tanpa peduli Nina yang bersimbah darah.Kini tersisa Riko dan Nina di ruangan tersebut, tanpa ada siapapun yang bisa dimintai pertolongan.Dengan mengerahkan seluruh tenaga yang tersisa, Riko mendekati tubuh Nina yang terkapar di lantai dengan darah yang mengalir kemana-mana. Tangan Riko bergetar, dia memangku

“Operasi pengangkatan peluru di perut pasien telah berhasil, tetapi pasien kehabisan banyak darah dan butuh donor segera. Sayangnya, stok darah yang cocok untuk pasien masih kurang.”Bryan segera menawarkan dirinya untuk menjadi pendonor.“Saya periksa dulu ya, Pak. Apakah golongan darah Bapak cocok untuk pasien, dan apakah Bapak layak untuk melakukan donor darah,” imbuh dokter.Tidak hanya Bryan, Riko pun menawarkan dirinya. Mau bagaimanapun, Riko berutang nyawa pada Nina.“Mari kalian berdua ikuti saya ke ruang pemeriksaan,” kata dokter yang diangguki oleh Bryan dan Riko.Setelah diperiksa, ternyata Bryan tidak bisa mendonorkan darahnya pada Nina sebab penyakit kanker yang pernah dia derita. Hanya Riko-lah yang diperbolehkan untuk menyumbangkan darahnya.“Tapi saya sudah sembuh, Dok,” ujar Bryan tak terima dengan keputusan dokter.D