Keesokan harinya, Inara sudah siap berangkat ke kantor. Kini, dia berjalan bersama para saudara serta orang tuanya menuruni anak tangga di teras ketika sebuah mobil yang cukup dikenali berhenti di halaman mansion yang luas itu. Tak butuh waktu lama hingga pemilik mobilnya keluar. Tersenyum, lalu berjalan ke arah mereka tanpa merasa segan, seolah memang dengan keluarga itu sudah sangat akrab. “Tuan Wardhana, apa aku bisa jemput Inara. Biar aku yang antar ke kantor?” tanya pria yang tidak lain adalah Daffa tersebut. Mendengar itu, Inara sedikit syok. Tak ada janji dengan Daffa sebelumnya. Lagipula, ia merasa tidak nyaman dengan situasi ini. “Tidak perlu, Kak Daffa, aku bisa ke kantor dengan Kak Rafiq,” jawab Inara. Sungguh, ia tak memerlukan tumpangan dari Daffa. Ada Kak Rafiq yang bisa ditumpangi, kalaupun tidak, mobil keluarganya banyak yang bisa digunakan berangkat ke kantor. Hanya saja, penolakannya itu tak direstui sang ayah. “Inara, Daffa jauh-jauh datang ke sini untuk
Last Updated : 2025-05-08 Read more