“Kok marah?”“Iya, lah. Mas Joni mendukung hal yang salah gitu,” sahutku sambil melengos.“Bukan mendukung, Dek. Tapi memberitahu kenyataannya seperti itu, kalau laki-laki itu---.”“Kalau begitu tidak ada bedanya dengan kambing. Pengen kawin, langsung tancap. Apa tidak jijik pakai wanita nakal yang bekasnya banyak orang?” seruku dengan memberi tatapan menuntut.Mas Joni memundurkan wajah. “Ya mana ku tahu. Mas kan tidak pernah begitu.”Aku mengacungkan jari di depannya. “Awas kalau begitu!”“Janji, Dek. Tenang aja. Aku ini lelaki berakal sehat.” Mas Joni menepuk dada dengan tersenyum lebar. “Kamu jangan kawatir. Lagian buat apa, kalau di rumah ada yang legit,” ucapnya sambil melingkarkan tangan di bahuku.Hati ini tersenyum lega, walaupun tetap menampakkan tatapan curiga. Jangan sampai aku lengah, apalagi suamiku ini penampilannya di atas rata-rata. Tubuh proporsional, kulit putih bersih, wajahpun enak dipandang. Tidak hanya itu, isi kepalanya juga lumayan dan yang penting, pintar car
Last Updated : 2025-05-07 Read more