Meski terus menggesek dan membelai, Zuri merasa kenikmatan itu sulit diraih, membuatnya semakin putus asa. Tubuhnya gemetar, putingnya mengeras karena gesekan sprei, tapi klimaks tidak kunjung datang.“Haaa,” desah Zuri, frustrasi sendiri. Menarik napas, mencoba lagi. Pinggulnya bergerak lebih cepat, kewanitaannya menekan kejantanan Axel dengan harapan mencapai puncak.Axel bergoyang pelan, napasnya tersendat, tanda si suami mulai tersentuh. Mata setengah terpejamnya terbuka samar, menatap Zuri dengan pandangan kabur namun penuh kuasa. Oh! Itu bagus bukan? “Zuri?” bergumam dengan suaranya yang serak, Axel masih dipenuhi kantuk. Tangannya bergerak refleks ke pinggul Zuri, hanya bertumpu lemas.“Axel, maaf … aku … aku cuma,” desah Zuri, wajahnya memerah, tangannya terus membelai kejantanan Axel, jari-jarinya memutar di ujungn, sementara kewanitaannya menggesek lebih intens. Ia merasa hampir mencapai klimaks, tapi kenikmatan itu memudar lagi, membuatnya mengerang frustrasi. “A-aku ….”
Last Updated : 2025-05-12 Read more