All Chapters of Dinikahi Sang Penguasa : Suami Kontrakku Memberi Segalanya: Chapter 501 - Chapter 510

Lily mencoba berpura-pura tak melihat keberadaan David, tatapannya tertuju ke arah guru Audrey tadi pergi sampai akhirnya dia melihat Audrey dan Axel keluar bersama dengan guru mereka. Lily melambai ke arah Audrey sambil memulas senyum, saat ekor matanya melirik ke arah David berada, Lily terkejut melihat David benar-benar mendekat ke arahnya. ‘Kenapa dia mendekat kemari?’ batin Lily, apalagi wanita bernama Ivy–mantan istri David melangkah mengikuti pria itu. Lily ingin menghindari David dengan segera mengulurkan tangan ke arah Audrey agar bisa membawanya pergi, tetapi siapa sangka Audrey malah menggandeng tangan Axel. David dan Ivy sudah ada di depan Lily, lalu tatapan David tertuju pada Axel. “Axel, ayo pulang,” ajak David ingin meraih tangan Axel tetapi ditolak. “Nggak mau, aku nggak mau pulang sama Daddy dan Mommy,” tolak Axel lalu segera menghindar dan berdiri di depan Audrey. “Axel, pulang sama Mommy saja,” perintah Ivy dengan nada suara sedikit tinggi. “Paman

ARS Company Arsen duduk di kursi empuknya sambil mengetuk-ngetukkan pulpen ke meja. Di depan Arsen, Thomas terlihat bingung dan mulai gelisah. “Pak, jika sudah tidak ada yang dibutuhkan, saya izin keluar dan mengerjakan pekerjaan lain,” kata Thomas. Arsen tak menjawab, hingga Thomas memutuskan untuk berpaling pergi. Namun, belum juga Thomas melangkah, Arsen sudah lebih dulu bicara. “Calon BA Luxury product kita, apa dia sudah tanda tangan kontrak?” Kening Thomas berkerut samar mendengar pertanyaan Arsen. Akan jadi masalah jika Arsen tiba-tiba berubah pikiran. “Sudah, Pak. Baru saja dilakukan kemarin. Apa ada masalah?” tanya Thomas. Arsen menggeleng. “Tidak! Hanya saja dia mantan istri David,” balasnya. “Apa!” Bola mata Thomas melebar mendengar ucapan Arsen. “Tolong selidiki untukku, bagaimana dia bisa masuk dalam daftar talent yang tim branding perhitungkan. Aku tiba-tiba saja khawatir, seharusnya aku tidak menyepelekan pemilihan BA,” terang Arsen. Thomas mengangguk paham

Lily menatap Dini tak percaya. “Bagaimana bisa kamu bicara seperti itu?” Dini hanya diam tak membalas. Dia menggeleng dan berkata,” sudah tidak usah dipikirkan.” Lily merasa ada yang tidak beres. Mungkinkah Dini tidak bahagia? *** Di kamar Teddy. Teddy sudah berpakaian rapi dan siap untuk makan malam bersama yang lainnya. Namun, sebelum meninggalkan kamar, Teddy lebih dulu menghubungi seseorang. “Segera lakukan rencana yang sudah kita susun sebelumnya,” perintah Teddy begitu mendengar suara pria dari seberang panggilan. “Tenang saja, Pak. Semuanya sudah siap dan tinggal dijalankan saja.” Mendengar balasan itu, Teddy tersenyum miring. Dia lalu mengakhiri panggilan itu. Saat baru saja akan memasukkan ponsel ke saku jas bagian dalam, Teddy mendapat pesan dari Soaraya. Dia lebih dulu membaca pesan itu. [Teddy, jangan melakukan hal-hal bodoh di sana. Jangan menambah masalah.] Membaca pesan sang mama, Teddy hanya diam dan tak membalas pesan itu sama sekali. Dia mem

Di rumah Soraya. Soraya mondar-mandir dengan ekspresi panik. Dia sedang menghubungi seseorang dan menunggu panggilannya dijawab. Saat mendengar suara dari seberang panggilan, Soraya langsung bertanya, “Bagaimana?” “Anda tenang saja, Nyonya. Saya sudah berhasil menggagalkan rencana Pak Teddy.” Mendengar jawaban dari seberang panggilan, Soraya langsung mengembuskan napas lega. “Baiklah, kamu sudah melakukan pekerjaanmu dengan baik. Pastikan Teddy tidak melakukan hal gila lainnya,” ucap Soraya kemudian. Soraya mengakhiri panggilan. Dia meremat ponselnya sambil mengembuskan napas beberapa kali karena ngeri dengan ide kejam yang direncanakan putranya. Soraya tahu kalau Teddy ingin mencelakai yacht yang akan dinaiki Lily, sehingga dia rela mengeluarkan uang lebih banyak untuk menggagalkan rencana itu. “Semoga kamu tidak berbuat hal gila lagi, Teddy,” gumamnya dengan penuh harap. *** Malam hari Lily tampak sedang bersiap untuk menghadari acara puncak penghargaan. Di dek

Ada secercah harapan dari sorot mata Arsen mendengar ucapan pria suruhan Soraya. Pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Dicky, dia langsung menyebutkan lokasi Lily berada tanpa basa-basi. “Di sebuah pondok tua, di pulau karang kecil yang tidak jauh dari sini. Pak Teddy ... " Dicky menjeda lisan. Dia panik karena malah menyebut nama Teddy. Rahang Arsen mengeras. Dia meminta Dicky segera mengantarnya ke tempat yang dimaksud. Arsen pergi tergesa-gesa sambil berusaha mengeluarkan ponsel dan mengirimkan koordinat lokasi yang disebutkan Dicky kepada Thomas. Mereka pergi ke dermaga, sebelum naik speed boat Arsen menoleh pada Dicky. “Aku tidak tahu apa maumu, tapi jika kamu berbohong, kamu akan menerima akibatnya.” “Saya hanya melakukan perintah Nyonya Soraya untuk mencegah Pak Teddy melakukan sesuatu yang buruk. Tugas saya sekarang membantu Anda menyelamatkan istri Anda,” jawab Dicky, sorot matanya meyakinkan. Anthony meminta Dini untuk tidak ikut lalu bergegas pergi menem