All Chapters of Cinta Terlarang Atau Takdir: Chapter 131 - Chapter 140

“Bu,” panggil Tasya saat Aruna melewati mejanya usai meeting divisi dipimpin pak Beny.“Ya?” Aruna menyahut, langkahnya berbelok ke meja Tasya.Jangan tanya Tezaar ke mana, sudah bisa dipastikan asisten Aruna yang satu itu sedang berada di tempat favorite untuk honeymoon.“Ini … kartu akses ke apartemen sebelah.” Tasya berbisik sembari memberikan sebuah kartu kepada Aruna.Tadi pagi Leonhard berpesan kalau pria itu akan menitipkan kartu akses kepada Rocky jadi pasti Rocky yang memberikan kartu akses tersebut kepada Tasya.Aruna meraih kartu akses kemudian menempelkan telunjuknya di bibir memberi gesture agar Tasya tutup mulut.Tasya menganggukan kepala kemudian bergerak seolah-olah sedang mengunci bibirnya lalu membuang kunci tak kasat mata itu ke udara.Aruna mengulum senyum sembari mengangkat satu jempol lantas memutar tubuh untuk masuk ke ruangannya.Tepat di depan pintu ruangannya, Aruna berhenti lalu membalikan badan.“Tasya, selamat ya.” Aruna berujar membuat Tasya meng

Aruna tidak sekalipun ikut berkecimpung dalam mewujudkan pesta pernikahan sang kakak-Reyzio dengan Adinda-yang merupakan masih kerabat dekat keluarga mereka karena papi dan ayahnya Adinda bersahabat sejak lama.Mungkin karena mereka adalah pihak laki-laki jadi kebanyakan urusan pesta ditangani oleh tante Gita-mamanya Adinda.Di rumah pun tidak ada kesibukan apa-apa, mungkin hanya Reyzio sendiri yang sibuk mencari cincin pernikahan dan fitting gaun pengantin.Aruna hanya pernah datang sekali ke butik langganan keluarga Gunadhya, melakukan fitting setelah kebaya seragaman untuk acara akad nikah dan gaun untuk resepsi selesai di jait karena ukuran tubuhnya sudah ada di sana dan sampai model pakaian pun Aruna mempercayakan kepada perancang busana terkenal pemilik butik itu.Dan di hari pernikahan sang kakak ketiga, Aruna bangun seperti biasa lantaran tidak bersedia menggunakan jasa MUA—dia akan make up sendiri saja seperti make up pesta biasa padahal dengar-dengar para sepupu perempua

Sampai hari berganti, tidak ada satu pesan pun dari Dewa apalagi kepulangannya ke apartemen.Tadinya Nova ingin memberikan waktu kepada pria itu untuk mengurus segala sesuatunya dan mengucapkan bela sungkawa setelah Dewa pulang ke apartemen jadi dia juga tidak mengirim satu pesan pun kepada pria itu.Apa yang Dewa lakukan, Nova akan selalu mengerti jadi berusaha tidak mengganggu pria itu dan Nova akan sabar menunggu Dewa sampai selesai dengan segala urusannya.Ponsel yang sedang Nova genggam berbunyi, Nova sampai terkejut karena tadinya dia sudah pasrah kalau Dewa tidak akan menghubunginya sampai semua urusan selesai.Namun memang bukan Dewa yang menghubunginya tapi ayah dari janin yang sedang dia kandung.“Hallo?” Nova menjawab panggilan tersebut.“Aku dengar kalau papanya Dewa meninggal dunia,” kata Leonhard langsung ke alasan kenapa dia menghubungi Nova.“Ya, papanya Dewa meninggal kemarin subuh sekitar jam empat atau setengah lima … Dewa pergi dari dari sini jam tiga pagi …

Dewa mendongak dari tumpukan berkas yang menyita waktunya beberapa hari terakhir.Keningnya berkerut saat melihat Aruna ada di kantornya lebih tepatnya berdiri di ambang pintu yang dibuka oleh sekretarisnya.“Makasih ya,” kata Aruna kepada sekretaris Dewa secara tidak halus mengusir wanita itu.Aruna yang menutup pintu lantas melangkah pelan mendekati meja Dewa yang masih melongo bingun atas kedatangannya.“Ada apa?” Akhirnya Dewa bertanya setelah Aruna duduk di depannya.“Aku ingin mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya papa kamu,” kata Aruna mengawali.Dewa mengembuskan nafas pelan sembari menganggukan kepala. “Terimakasih,” balasnya melirih.“Apa yang terjadi?” Aruna bertanya membuat kening Dewa semakin mengkerut karena bingung.“Maksudnya?” Pria itu balik bertanya.“Kenapa kamu ninggalin Nova selama seminggu ini? Nova nungguin kamu di apartemen.” Aruna seperti sedang memarahi Dewa. Dewa mengembuskan nafas panjang lagi kemu

Tidak ada lagi gelak tawa Tasya atau jeritan gadis itu yang sedang dikerjai Tezaar seperti dulu.Yang ada adalah area kedua asisten Aruna itu sangat hening dan kondusif.Tasya tetap menjaga jarak meski Tezaar memaksa ingin mereka seperti dulu.Tentu tidak bisa, Tasya menjaga harkat dan martabat dirinya sebagai wanita.Dia tidak akan dekat dengan suami orang meski dulu pria itu adalah sahabatnya.Aruna memandangi Tasya dan Tezaar dari dalam ruangannya melalui dinding kaca.Sebenarnya Aruna merasa sedih karena kelakuan mereka sesungguhnya bisa menghilangkan stress dan mengingat mereka berdua sangat support di masa Aruna galau untuk melanjutkan hubungan dengan Leonhard sampai akhirnya dua asistennya itu yang menemukan kebenaran atas perselingkuhan Nova.Tanpa terasa jam sudah menunjukkan waktu pulang kerja.Sejak tadi siang sebenarnya Aruna tidak ada yang harus dikerjakan usai mengikuti rapat yang berakhir memenangkan tender dari pemerintah daerah mengalahkan empat vendor lainnya