Rama membanting setir tanpa berpikir, bukan karena rencana, tapi karena insting buta. Ban mobilnya menjerit, memotong aspal basah yang licin. Untuk sepersekian detik, ia merasakan beratnya mobil bergeser, nyaris terlempar dari kendali.Dentuman keras merobek keheningan malam saat sisi mobilnya menggesek tembok beton sempit, percikan api singkat menyala di kegelapan, rasa sakit kecil merambat dari bahu ke lengan. Namun, indranya telah didominasi oleh satu fokus: lampu belakang mobil hitam yang menari-nari di depannya.Napasnya memburu, paru-parunya seolah meronta, seperti ia baru saja berlari maraton, bukan mengemudi. Ia bukan lagi seorang pria, tapi sehelai amarah murni yang mengejar obsesi.“Berhenti kau, Dita!” Suara itu serak, parau, dan hampa. Akalnya telah lama meninggalkannya; kini hanya tinggal kekalutan yang memacu adrenalin.Mobil hitam itu menikung tajam di tikungan buta. Rama kembali menghantam pedal gas, tubuhnya terhuyung ke depan. Perutnya bergolak, menahan rasa mual. Ti
Last Updated : 2025-10-04 Read more