“Nara!” teriak Reno, suaranya bukan lagi teriakan pertempuran, melainkan jeritan putus asa seorang pelindung.Tak ada jawaban—hanya gemuruh api yang memakan kayu, desis nyala yang seolah mengejek, dan napas Reno sendiri yang terasa tajam dan menyesakkan di tenggorokan.Ia menerjang ke dalam kepulan asap, bau hangus memedihkan mata dan bensin menusuk hidungnya. Panas itu terasa menghanguskan harapan, bukan sekadar membakar kulit. Setiap langkahnya adalah pertaruhan, sepatu berdecit di lantai yang retak, yang sudah mulai menyerah pada amukan api.Di dekat tumpukan peti, ia melihat Nara. Kursi rodanya terguling, lambang ketidakberdayaan yang menyayat, tubuhnya setengah jatuh. Selimut yang menutupi adalah satu-satunya pelindung yang kini tinggal abu di sisi tubuhnya. Reno tanpa berpikir meraih tubuh itu, mengangkatnya dalam pelukan protektif, merasakan bobot ringan dan rapuh yang harus ia selamatkan.“Tahan, Nar—tahanlah sebentar,” bisiknya, lebih kepada dirinya sendiri, mencari kekuatan
Last Updated : 2025-10-20 Read more