All Chapters of Masakan Mertua: Chapter 31 - Chapter 40

32 Masakan[Diana, aku tidak tahu harus bercerita kepada siapa lagi kalau bukan dirimu. Selama ini kamulah orang yang selalu dengan setia mendengarkan keluh kesahku. Diana ... Sungguh aku sangat kehilangan kamu, Sayang. Maaf jika selama ini aku terlalu acuh dengan perasaanmu. Maaf jika selama ini aku hanya mementingkan keluargaku semata. Kini aku sadar jika meski surga memang ada di bawah telapak kaki ibu, tapi surga juga ada pada dirimu sebagai istriku. Diana ... Entah aku harus bersikap bagaimana lagi. Siang tadi ada wanita datang ke rumah dan mengatakan jika ia adalah istri Mas Irwan. Ia meminta agar Mbak Rita meninggalkan suaminya. Diana ... Kamu tahu betapa hancurnya Mbak Rita? Jika aku punya kekuatan pasti akan kuhantam wajah Mas Irwan itu. Namun aku rasa semua itu bukan wewenangku. Aku tak kuasa melakukan apa-apa untuk kakakku. Diana ... Kembalilah padaku. Hanya kamulah satu-satunya orang yang bisa mengertiku. Tolong, aku hanya butuh dirimu]Tubuhku masih mematung sesaat setela

Kami saling terdiam beberapa saat setelah Mas Lukas menjelaskan soal kondisi Mbak Rita. Dan entah apakah ini memang rencana Tuhan atau kebetulan, kemarin aku sempat bertemu Mbak Rita. Bahkan aku juga duduk di depannya meski tanpa respon darinya. "Aku tidak tahu kenapa hidupku sekarang sehancur ini. Aku ini tidak berguna!" Mas Lukas memukuli kepalanya dan kulihat Huda menatapnya tanpa arti. Wajar saja, usianya masih terbilang sangat kecil jadi dia belum paham soal apa yang kami bicarakan. Meski begitu Huda sangat perasa dan dia juga sangat perhatian kepadaku. "Hentikan. Ada anak kecil di depanmu," ujarku sembari melirik Huda. Mas Lukas menghentikan aksinya, ia pun lantas duduk tegak kembali. Sepertinya dia benar-benar terbawa emosi. Mungkin saat ini dia begitu kalut dan hatinya hancur. Namun semua itu pun tak berpengaruh kepadaku karena kami pun sudah tak bersama-sama lagi. Sekarang kami sudah menjadi orang lain, dan hanya karena Huda saja sekarang aku mau mengobrol dengannya. "M

Aku tak sengaja melihat sosial media Mas Irwan, dia mengunggah sebuah foto bayi dengan caption menyentuh. Tak sedikit orang mengira jika itu adalah anak Mbak Rita karena sepertinya mereka pun tidak tahu soal masalah yang dihadapi oleh Mas Irwan. Bayinya perempuan, cantik seperti ibunya. Hidungnya mancung, dan bibirnya tipis. Ah, aku juga terlarut dengan foto bayi itu. Andaikan.... Oh tidak, aku tidak mau berandai-andai sekarang. Bayi Mas Irwan sudah lahir, itu artinya sudah hampir setengah tahun juga masalahku berjalan. Perpisahanku dengan Mas Lukas sudah berjalan hampir tiga bulan, karena memang butuh proses panjang di pengadilan. Mas Lukas terlihat mengulur waktu kemarin, tapi aku tetap pada tujuan utamaku untuk mengajaknya berpisah. Biarkan saja aku menjalani kesendirianku ini dengan ikhlas. Semoga semua akan ada kebahagiaan di depan nanti.Seperti yang kujanjikan kemarin, hari ini aku akan mengantar Mas Lukas menemui kakaknya, Mbak Rita. Aku lihat dia begitu kacau, dan jika me

Sebulan berlalu, dan selama ini pula aku sudah tidak pernah bertemu dengan Mas Lukas, Mas Irwan ataupun siapapun yang berhubungan dengan mereka lagi. Hatiku terasa damai, aku mulai menikmati hari-hariku dengan bahagia bersama Huda dan kedua orangtuaku.Usahaku semakin lancar. Pak Nias juga masih setia menemaniku sampai detik ini karena bagiku aku memang tak bisa berbuat banyak tanpanya.Namun ada sebuah paket yang tiba-tiba menganggu pikiranku. Sekitar setengah jam yang lalu ada kurir datang dengan memberikan sebuah kotak kecil padaku.Dari Mas LukasAku di kedai sendirian, Huda sengaja tak ikut hari ini karena sedikit tak enak badan. Ibu melarangku membawanya setelah kami membawa Huda ke klinik. Bukan dengan sengaja aku meninggalkannya, tapi karena Pak Nias ijin hari ini karena harus ketempat saudaranya. Jadi mau tak mau aku ke kedai menemani Rani.Ada lima lembar uang seratus ribuan dengan sepucuk surat di dalamnya. Tak hanya itu, ada satu pasang baju panjang bertema kartun. Sudah p

Beruntung perbincangan kami sudah tak ada di samping ibunya. Aku tak tahu bagaimana jika apa yang kukatakan ini di dengar oleh Bu Kina. "Mbak, dimana kakakku sekarang? Kamu tahu, kan?" tanyanya lagi membuyarkan lamunanku. Aku menggeleng lemah. "Sayang sekali aku tidak tahu, Mawar. Dan sejujurnya saja aku juga tidak mau tahu karena aku ingin hidupku benar-benar lepas dari mereka," kataku jujur. Mawar terlihat lesu, lalu mundur dan bersandar di tembok. Sebelum ini aku mengira jika Bunga adalah perempuan baik, nyatanya tidak. Ah, kalau baik dia tidak akan mendatangi Mbak Rita dan menyuruhnya meninggalkan Mas Irwan. Jika dilihat dari satu sisi, dia memang egois dan tak memikirkan perasaan wanita lain meski ia mengaku jika awalnya tak tahu menahu jika ternyata Mas Irwan masih memiliki istri."Aku tak menyangka jika Mbak Bunga akan berubah seperti ini. Ya Tuhan, kenapa semua ini terjadi pada ku," gumam Mawar lirih tapi masih bisa kudengar. "Mawar, aku datang kepadamu karena rasa ibaku