“Sepertinya, kita nggak perlu ketemu deh,” ujar Syakia dengan dingin.Laras menghela napas. “Kamu benar-benar nggak punya perasaan. Kia, dulu, aku anggap kamu itu teman terbaikku, lho.”Syakia mengerutkan keningnya dengan tidak senang. “Jangan panggil aku begitu. Selain itu, aku ini biksuni, bukan temanmu.”“Biksuni?” Ini adalah pertama kalinya Laras mendengar secara langsung Syakia menyebut dirinya seorang biksuni. Dia pun tertegun sejenak, lalu tertawa dan berkata, “Tak disangka, kamu benar-benar sudah jadi biksuni. Aku kira, kamu berbuat begini demi bersaing dengan Ayu.”Syakia tidak ingin lanjut berbicara omong kosong dengan Laras dan langsung berbalik untuk pergi. Namun, Laras malah mengikutinya.“Tunggu! Kita baru mulai mengobrol, kenapa kamu mau pergi secepat itu?”Laras berjalan cepat ke sisi Syakia, lalu mengamatinya dan berkata, “Hmm, sayangnya, rambutmu yang tebal itu masih belum dicukur. Kalau nggak, aku benar-benar ingin lihat tampangmu yang sudah sepenuhnya berubah jadi b
Baca selengkapnya