Share

Bab 241

Penulis: Emilia Sebastian
Ketika pergi mengambil sumpit, Syakia tidak lupa berseru pada Hala dan Kingston, “Jangan bertarung lagi. Ayo makan dulu.”

Hala seketika berhenti bertarung dan langsung pergi ke sisi Syakia. Sementara itu, Kingston yang hampir berhasil memanfaatkan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan malah kehilangan momentum.

Berhubung tidak ada yang bertarung dengannya lagi, Kingston mau tak mau berjalan ke arah meja batu, lalu berdiri di sana dengan agak canggung dan melirik mie yang berlebih itu.

“Ternyata seorang putri suci juga bisa masakkan mie untuk orang lain? Jangan-jangan, seporsi mie lebihan ini untukku?”

Syakia menyantap mienya sendiri dan menjawab tanpa mendongak, “Bukan, itu punya Hala. Porsi makannya banyak.”

Hala mengangguk. “Emm.”

Kingston langsung melebarkan matanya dan memelototi Hala dengan tidak percaya. “Mana mungkin kamu bisa makan 2 porsi mie yang begitu banyak! Aku nggak peduli. Lagian, sumpitnya juga ada 3 pasang. Mana mungkin mie ini bukan punyaku!”

Kingston langsung dudu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Nurshofah N
sempat" nya makan bersama dulu.........
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
ngakak ......... menyerang musuh dengan semangkuk mie benar² diluar prediksi akalnya Syakia ini .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 607

    Punggung Kahar juga baru saja dicambuk. Dia pun meringis kesakitan. Wanita yang paling ahli mencambuk adalah Cempaka.Cambuk kuda di tangan Cempaka memang terlihat biasa saja, tetapi itu sebenarnya adalah senjata yang dibuat dengan bahan-bahan khusus oleh seorang ahli yang dicari oleh Keluarga Sumarno. Cambuk itu lebih kuat daripada cambuk Keluarga Angkola. Jadi, meskipun Kahar dan Ayu terluka, Cempaka sebenarnya memang telah menunjukkan belas kasihan. Sebab, jika Cempaka benar-benar mengerahkan seluruh kekuatannya, cambukan itu berkemungkinan besar sudah mematahkan tulang mereka!"Cempaka, bisa nggak kamu tenang sedikit?"Kahar menggertakkan giginya untuk menahan rasa sakit, lalu berkata kepada Cempaka, "Apa yang membuatmu nggak puas pada Ayu? Kalau ada apa-apa, ya ngomong saja. Kenapa kamu harus main tangan? Kalian itu sama-sama perempuan, kenapa kamu harus mempersulitnya seperti ini?""Bukankah pertanyaan itu seharusnya kamu tanyakan ke adikmu ini. Apa yang membuatnya nggak puas de

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 606

    "Ah!" Ayu tiba-tiba menjerit, seolah-olah ketakutan. Dia meraih lengan Kahar, lalu berbalik dan menghambur ke pelukannya. "Kak Kahar, Kak Cempaka mau cambuk Ayu lagi! Ayu takut!"Ayu terlihat seperti sangat ketakutan. Dia tidak berhenti menangis tersedu-sedu supaya dirinya terlihat kasihan.Kahar yang merasa sakit hati segera mengulurkan tangan untuk melindunginya. "Ayu, jangan takut. Dengan adanya Kakak di sini, Kak Cempaka nggak akan memukulmu lagi."Ayu mengucapkan kata-kata tadi memang untuk memancing keributan. Namun, dia tidak menyangka Kahar yang berusaha menghiburnya malah membuatnya kesal.'Apa kamu buta? Kamu nggak lihat dia sudah mencambukku di depanmu? Kamu masih berani bilang dia nggak akan mencambukku karena ada kamu di sisiku? Dasar pecundang! Kalau bukan karena kamu masih berguna, kamu pikir aku masih akan mempertahankanmu!' umpat Ayu dengan sangat marah dalam hati.Ayu takut Cempaka akan menyerangnya lagi. Dia pun buru-buru menarik Kahar, lalu bersandar dalam pelukanny

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 605

    Itu adalah saat-saat paling membahagiakan sejak Kahar kecil sampai besar. Sekarang, dia malah terpaksa harus menandatangani surat pembatalan pernikahan itu dengan tangannya sendiri. Bagaimana mungkin dia rela?Kahar menatap Cempaka. "Apa pun yang kamu katakan, aku nggak akan nyerah soal kamu. Kamu itu tunanganku. Sekalipun pertunangan ini sudah diakhiri, kamu harus jadi milikku seumur hidupmu! "Kahar mengeluarkan sesuatu dari saku di dadanya dan menyerahkannya kepada Cempaka.Cempaka menunduk dan melihat bahwa itu adalah liontin giok yang diukir oleh Kahar sendiri, yang mana juga merupakan simbol pertunangan mereka.Cempaka melihat retakan pada liontin giok itu, yang mana masih terlihat sangat jelas meskipun telah diperbaiki. Dia tidak mengulurkan tangan untuk mengambilnya."Cermin yang sudah pecah sulit untuk diperbaiki lagi, begitu pula dengan giok dan manusia," ujar Cempaka dengan tenang.Kahar menyahut dengan mata merah, "Aku nggak percaya.""Terserah kamu mau percaya atau nggak.

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 604

    Ekspresi Ayu tiba-tiba berubah. Setelah mendengar apa yang dikatakan Kahar barusan, dia bisa menebak identitas orang di hadapannya. Dia pun menggigit bibir bawahnya, lalu menoleh dan bertanya, "Kak Kahar, siapa gadis ini? Kenapa dia langsung berkata seperti itu begitu melihatku?"Kahar dengan gembira memperkenalkan mereka. "Dia tunanganku, Cempaka. Ayu, panggil saja dia Kak Cempaka."Ayu langsung menunjukkan ekspresi polos dan menyapa Cempaka, "Kak Cempaka ....""Woi! Masih nggak mau diam!"Sebelum Ayu selesai menyapa, Cempaka sudah menggunakan cambuk untuk menunjuk ke arahnya dan menyela, "Siapa itu kakakmu? Jangan asal panggil. Aku cuma punya seorang adik, yaitu Kia. Sedangkan kamu ...."Cempaka mengamati Ayu dari atas ke bawah dengan jijik dan berkata dengan nada menghina, "Putri haram sepertimu masih nggak pantas."Begitu mendengar ucapan Cempaka, raut wajah Ayu dan Kahar langsung berubah drastis.Ayu terlihat sedih dan menyahut, "Kak Cempaka, meski nggak menyukaiku, ka ... kamu ju

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 603

    "Baik, aku akan mengingatnya."Setelah membicarakan semua urusan, Eira hendak mengantar Yanto keluar. Kebetulan, Cempaka juga keluar pada saat ini."Biar aku saja yang antar Paman Yanto. Kebetulan, aku juga mau pergi ke ibu kota hari ini.""Nona Cempaka," sapa Yanto sambil membungkuk untuk memberi hormat.Syakia bertanya dengan bingung, "Kenapa kamu mau pergi ke ibu kota lagi hari ini? Bukannya kamu baru pergi ke istana kemarin?"Akhir-akhir ini, Cempaka sering dipanggil ke istana oleh Janda Permaisuri. Terkadang, dia pergi untuk mempelajari aturan dan tata krama. Terkadang, dia hanya pergi untuk mengobrol dengan Janda Permaisuri.Sekarang, tidak ada banyak orang di harem istana sehingga intrik dalam istana dan sebagainya juga jarang terjadi. Selain itu, sikap Janda Permaisuri yang baik dan hangat terhadapnya juga membuat Cempaka merasa senang."Entahlah. Ibu Suri nggak bilang ada apa. Dia cuma minta aku untuk pergi ke istana." Cempaka mengangkat bahunya dan menambahkan, "Jangan khawat

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 602

    Pada saat ini, Syakia tidak tahu bahwa meskipun semut-semut kecilnya gagal menyelesaikan tugas yang diperintahkannya, mereka membawakannya "harta karun" dan sedang bergegas pulang ....Saat ini, di Kuil Bulani."Ladang obat di Kalika dan Lukati sudah disiapkan. Benih dan bibit obat gelombang pertama juga sudah ditanam. Menurut surat dari Puspa, pertumbuhannya sejauh ini cukup baik.""Bagus."Syakia membaca buku keuangan terbaru sambil bertanya, "Oh iya, dengar-dengar, Puspa itu adiknya Joni?"Yanto mengangguk. "Benar. Awalnya, aku mau pindahkan Joni ke sana, tapi Joni bilang, adiknya ini lebih cocok dalam pekerjaan ini daripada dia.""Kamu sudah mengujinya?""Jangan khawatir, Nona. Aku sudah mengujinya. Puspa memang lebih cocok dalam pekerjaan ini daripada Joni. Selain pintar, dia juga punya kemampuan untuk mengatur orang."Kalika dan Lukati sangat jauh. Jadi, orang yang pergi ke sana tentu saja harus adalah orang yang cakap. Yanto memang punya kemampuan, tetapi dia sudah tua dan lebih

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status