Yanto berlari keluar dengan tertatih-tatih, lalu membuka pintu dan menerjang ke hadapan Syakia. Entah sejak kapan, wajahnya yang penuh kerutan sudah dibasahi air matanya. Dia menatap Syakia dengan hati-hati. Matanya dipenuhi dengan kerinduan dan kesedihan.Setelah sesaat, Yanto baru perlahan-lahan menggeleng dan tersadar dari khayalannya yang singkat. “Kamu bukan Nona Anggreni. Kamu bukan dia ....”Anggreni telah meninggal dan tidak mungkin kembali.Yanto berpikir sejenak, lalu bertanya, “Kamu seharusnya putri Nona Anggreni, Nona Syakia, ‘kan?”Syakia mengangguk. “Benar. Kamu itu ....”Syakia masih belum mengetahui identitas Yanto, juga tidak tahu bagaimana harus memanggilnya.Yanto menyeka air matanya, lalu berlutut di depan Syakia. “Nona Syakia, aku Yanto Kuncoro. Dulu, Tuan Besar memilihku untuk menjadi kepala pelayan Keluarga Kuncoro selama puluhan tahun.”Yanto merupakan putra dari pembantu Keluarga Kuncoro. Berhubung dia lahir di hari yang sama dengan ayahnya Anggreni, kakeknya A
Baca selengkapnya