All Chapters of Dinikahi Calon Adik Ipar: Chapter 161 - Chapter 170

Bastian layak mendapat bonus setara minimal satu kali gaji karena telah menyelamatkan keutuhan rumah tangga bosnya. Berkat dia, teka-teki dimsum mentai bisa dipecahkan dalam tempo sesingkat-singkatnya.Ketimbang salah lagi, Sena pilih segera bertanya pada Bastian perihal dimsum mentai yang dimaksud Kanya. Sempat harap-harap cemas karena Bastian tidak langsung ingat juga. Bukannya apa-apa. Ternyata sudah lebih dari tiga bulan sejak mereka membeli dimsum viral itu. Jadi, Bastian pun lupa-lupa ingat dan butuh bertanya kepada yang lainnya dulu.Setelah dapat info akurat dan terpercaya, Sena langsung order dimsum mentai yang menurutnya sangat murah itu. Satu paket besar berisi 16 dimsum harganya bahkan tak sampai Rp100 ribu. Jadi, Sena beli 10 paket sekalian, satu diantar ke rumah, sedangkan sisanya untuk Bastian dan timnya di kafe.“Harga murah begitu, pasti saus mentainya nggak pakai mentaiko. Emangnya enak?”Sena tak bisa menahan diri untuk tidak berkomentar saat melihat Kanya tampak an

Bukan cuma Kanya, Sena pun ingin tahu pendapat istrinya tentang kegiatan intim mereka.“Ada batas intensitasnya, nggak, Sayang? Maksudnya, seminggu maksimal boleh berapa kali atau bisa setiap hari asal sama-sama mau aja?”Mengingat masa bulan madu mereka baru saja dimulai, terlebih setelah akhirnya berhasil merasakan malam pertama yang sesungguhnya, Sena berharap bisa senang-senang bersama Kanya setiap hari.Namun, jika ternyata Kanya tidak ingin melakukannya terlalu sering, Sena sebisa mungkin akan mengendalikan hasratnya. Bagaimanapun, Sena tidak mau egois mengejar nikmat sendiri. Istrinya juga layak mendapat kenikmatan yang setidaknya sama.“Kalau kondisinya memang oke dan kita sama-sama mau, setiap hari juga nggak apa-apa, sih.”Jawaban Kanya jelas membuat Sena sumringah. Haruskah dia mengajak Kanya bercinta lagi malam ini?“Lagian misal aku atau kamu lagi nggak mood, kan, bisa dibicarakan baik-baik kayak yang udah kita sepakati tadi. Jadi, pada dasarnya bebas aja mau ngelakuin it

Kanya pernah menulis buku berjudul “Bunga yang Tidak Pernah Berdusta”. Kekaguman terhadap betapa indah dan kompleksnya bahasa bunga diwujudkan menjadi karya menyentuh hati.Bunga selalu bisa dipilih sebagai cara untuk menyampaikan emosi dan pesan yang tak terkatakan. Setiap bunga memiliki makna dasarnya sendiri, begitu pula dengan warna yang melekat pada kelopak. Saat menjadikannya buket cantik, kita bahkan dapat mengungkapkan perasaan lewat jumlah tangkai bunga yang dirangkai.Kanya dulunya juga tidak begitu paham bahasa bunga. Namun, dia selalu berbahagia setiap kali Arga memberinya bunga. Apa pun bunga yang ia dapat dari Arga, pasti membuatnya gembira dan merasa dicintai.Setelah memutuskan untuk mendedah keindahan bahasa bunga, Kanya akhirnya mengerti mengapa kebiasaan Arga tidak pernah gagal mewarnai hari-harinya. Dia jatuh cinta lagi dan lagi setiap kali menemukan makna di balik bunga-bunga pemberian Arga.Kanya selalu bahagia jika ada yang memberinya bunga. Bukan hanya mendiang

Malam itu, Kanya menanti Arga di kafe cokelat favorit mereka. Kanya datang lebih dulu setelah menghabiskan waktu bersama Mika di mal terdekat.“Macet, ya? Kok, Mas Arga lama banget.”Sudah hampir sejam, tetapi Arga tak kunjung kelihatan batang hidungnya. Gedung perkantoran Pandega Group memang lumayan jauh dari kafe, tetapi mestinya Arga sudah sampai sejak tadi. Lantaran bukan akhir pekan atau musim liburan, jalanan Jogja seharusnya tidak macet. Oleh karena itu, Kanya wajarnya hanya menunggu paling lama 30 menit. Kesabarannya mulai menipis. Bukan marah, tetapi lebih karena cemas. Selama ini, Arga selalu mengabari setiap kali tidak bisa datang tepat waktu saat mereka janji bertemu. Mengapa kali ini tak ada kabar sama sekali?Kanya akhirnya coba menelepon Arga. Namun, betapa terkejutnya dia karena bukan Arga yang menjawab panggilannya, melainkan seorang petugas kepolisian.“Korban saat ini sudah dilarikan ke rumah sakit terdekat. Kondisinya …”Kanya tidak ingin mendengar apa pun lagi.

Pada hari kematian Arga, Sena menganggap dirinya layak disebut pembunuh. Pasalnya, sebab mengikuti sarannya perihal jalan yang lebih baik dilewati, Arga akhirnya mengalami kecelakaan maut.Sena merasa bersalah atas kejadian nahas yang menimpa kakaknya. Arga meninggal dunia karena kesalahannya. Gara-gara Sena, semua orang di sekitarnya berduka meratapi kepergian Arga untuk selamanya.Semua orang, tak terkecuali Kanya yang kala itu sedang bahagia-bahagianya menyiapkan hari pernikahan impian bersama Arga.‘Ini semua salahku! Mas Arga mati gara-gara aku ..!’***“Tenang, Sen. Semua bakal baik-baik aja,” kata Zidan sambil menepuk bahu Sena.Ditemani Zidan, Sena terduduk lemas di anak tangga rumahnya. Energi pria itu nyaris terserap habis setelah menghadapi Kanya yang tak henti menangis sambil terus-menerus menyalahkan diri sendiri.Sena dan Kanya tak jadi makan malam di luar. Pikir Sena, lebih baik mereka segera pulang saja. Rumah mestinya merupakan tempat terbaik untuk menenangkan gejola