Udara di ruang kerja Aditya Wijanarko terasa tebal, seakan-akan menyerap setiap helaan napas yang tercipta di dalamnya. Pendingin ruangan memang menyala, tapi tetap tak mampu mengusir ketegangan yang menggantung di udara.Ruangan itu luas, dengan perabotan kayu mahoni yang memberikan kesan megah sekaligus dingin. Di balik meja besar yang tertata rapi, Aditya duduk tegak, punggungnya lurus seperti seorang jenderal di medan perang. Di hadapannya, Amara duduk dengan postur kaku, kedua jemarinya saling bertaut erat di pangkuan.Sementara itu, di sampingnya, Laksha bersandar di kursi dengan tampang santai yang berbahaya—terlihat seakan tak peduli, padahal rahangnya menegang, jemarinya sedikit mengetuk-ngetuk pahanya, menunjukkan bahwa ia sama tegangnya dengan yang lain. Keheningan di ruangan itu begitu mencekik hingga suara detik jam di sudut terdengar lebih nyaring daripada seharusnya. Lalu, Aditya akhirnya membuka suara. &nb
Last Updated : 2025-04-17 Read more