All Chapters of Queen of Liars: Chapter 51 - Chapter 60

Dari obrolan mereka kemarin-kemarin, Lyara pernah bilang kalau alasan ia menerima tawaran pekerjaan dari Lofou, dari Rakha, adalah karena ia suka akting. Ia suka menjadi berbagai peran yang berbeda. Ia suka saat-saat di sekolah aktingnya dulu. Ia suka perasaan berbeda saat ia harus masuk ke berbagai macam peran. Lyara juga bilang kalau ia pernah bercita-cita jadi artis.Dan Raja mengingatnya dengan baik.Disinilah sekarang ia berdiri. Tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Rakha di telepon.“Rakha, lo jangan ngebesarin hati gue, deh,” Lyara menggeleng.‘Buat apa, Ra? Lo beneran dapet callbacks. Lusa lo audisi lagi,’ jawab Rakha di seberang sana.“Beneran?”‘Iya!’“Lo gak lagi prank, kan?”‘Gak ada kerjaan kali ah gue prank lo, Ra!’ Rakha mulai emosi.Lyara berdeham, “Lo yakin juga Mas Raja gak ada di belakang ini?”‘Gue gak tau,’ Rakha menghela napas, ‘Tapi kalau Raja ada di balik ini, ngapain juga gue harus capek kerja buat lo. Kita bisa tinggal diem dan tau hasilnya, kan?’Lya

Sebenarnya, Lyara tidak tahu harus bagaimana saat Raja datang dan menjemputnya. Masih ada tambahan jadwal untuk pemeran utama beberapa hari lagi, tadinya ia akan pulang lebih dulu bersama Rakha dan para pemeran pendukung lainnya yang sudah selesai jadwal. Namun, kedatangan Raja mengubah jadwalnya jadi tertahan dua hari. Yah, memang tidak ada jadwal lain sebelum Mas Hangga dan para kru kembali ke indonesia. Jadi Lyara menyetujui jadwal tiba-tiba yang Raja tawarkan padanya.Hari ini, setelah menghabiskan setengah hari di kamar hotel, mereka memutuskan untuk mencari makan. Setelah menghabiskan makan dan berjalan-jalan di sekitar pusat perbelanjaan yang besar di Seoul, mencari oleh-oleh untuk Mama dan Leora, juga untuk Bunda dan Rania. Tidak lupa juga Lyara membeli untuk Kakek, Raja menarik Lyara ke salah satu gerai es krim. Ia ingat kalau Lyara suka dengan sesuatu yang manis. Jadi, mereka duduk di sana dan sedikit istirahat.“Kakek beneran gak apa-apa Mas pergi kayak gini?”Raja menyeka

Genggaman tangan Raja bertambah erat di tangannya saat melihat Dinda duduk dan tertawa di depan Bunda.“Raja sama Lyara udah datang,” ucap Bunda menoleh dan tersenyum pada Lyara. Tangan Bunda terulur pada Lyara.Mengerti dengan isyarat Bunda untuk mendekatinya. Lyara mengangguk dan mulai melangkah, tapi tangan Raja menahannya. “Mas,” panggilnya pelan.“Aku mau icip cheese cake yang kamu buat tadi malam, Yang,” ucap Raja kemudian. Raja sama sekali tidak melirik Dinda yang tersenyum dengan manisnya itu.Tentu saja Lyara mengerti, ia mengangguk dan menoleh pada ibu dari suaminya itu dengan cengiran kecil, “Bunda, maaf, aku ambil dulu kue buat Mas Raja, ya?” pamitnya pada Bunda.Bunda mengangguk dan membiarkan Lyara berjalan ke dalam rumah dengan Raja yang bergelayut manja di tangannya. Lyara sempat melihat Dinda yang mencebikkan bibirnya sebelum kembali tersenyum pada Bunda.“Aku sebenernya mau ketemu Lyara, Bunda,” ucap Dinda dengan suara yang sengaja diperbesar agar terdengar sampai ke

Rencananya gagal.Sudah gagal total.Katanya, seberapapun sempurnanya rencana buatan manusia, rencana paling baik adalah rencananya Sang Maha Kuasa.Tapi Lyara tidak tahu apakah ini termasuk rencana terbaik yang dibuat untuknya? Atau karma dari semua perbuatannya? Ia tidak tahu harus meyakini yang mana. Tapi di saat seperti ini, Lyara berpikir kalau ini adalah buah dari apa yang sudah dilakukannya selama ini. Ia sedang memetik hasil dari kelakuannya selama ini. Ia sedang dihukum.Karena yang ia tahu, semua hal ada balasannya. Baik itu perbuatan baik, atau perbuatan yang buruk. Semuanya akan mendapat balasan dari apa yang sudah dilakukan. Perbuatan baik, akan mendapat balasan baik. Sama halnya dengan perbuatan buruk. Itu akan dibalas dengan sama buruknya.Tapi ia tidak akan tega menyebut janin berusia delapan minggu itu sebagai karma buruknya.Bagaimana bisa Lyara tega menyebut benih Raja itu sebagai buah dari kebohongannya selama ini?Pertanyaan paling utama dalam daftar pertanyaan di

“Dalam rangka apa ini, Yara?”“Merayakan keberhasilan suamiku mengambil alih perusahaan dan memenangkan kepercayaan Kakek,” jawab Lyara mendekatkan kue dengan lilin menyala itu pada Raja.Raja tersenyum mendengar suara Lyara yang ceria.“Ayo ditiup. Gak apa-apa kok bukan ulang tahun juga,” katanya lagi. Tangannya sekarang melindungi api kecil di atas lilin itu dari embusan angin.Raja mengangguk, mengambil piring kue, dan membawanya ke depan Lyara, “Ini bukan cuma keberhasilan aku. Tapi kita,” katanya. Ia mengangguk dan meminta Lyara meniup lilin bersama.Lyara mengangguk dengan senyuman dan meniup apinya sampai padam. “Selamat buat kita,” serunya bertepuk tangan sendiri.Mereka baru saja menghabiskan makan malam di resto hotel yang dipesan Lyara dari seminggu yang lalu. Meminta maaf karena datang terlambat dari jam makan malam, Raja menyelipkan lebihan yang cukup untuk permintaan maafnya. Raja menyuapi Lyara dengan kue yang disiapkan Lyara dengan hati-hati itu. Berterima kasih karena