Lahat ng Kabanata ng Pernikahan Dadakan : Dimanja Suami Presdir Yang Dingin: Kabanata 231 - Kabanata 240

“Ada apa?” tanya Arunika sambil menatap Raynar yang baru saja mengakhiri panggilan.Raynar menyimpan ponselnya ke saku jas lagi, kemudian menatap Arunika yang sudah penasaran.“Tommy sudah menemukan pelayan yang memberimu minum. Bahkan dia membuat pengakuan kalau benar ada sesuatu di minumanmu.”Bola mata Arunika membulat sempurna. Ternyata benar kegugurannya disebabkan oleh orang lain.“Apa kamu bisa tetap di sini selama aku pergi mengurus ini?” tanya Raynar sambil menggenggam telapak tangan Arunika. Arunika mengangguk-angguk.“Aku akan mengirim orang untuk menjagamu di sini,” kata Raynar lagi.Arunika kembali mengangguk-angguk.Raynar dan Arunika kembali ke ruang inap Dara, lalu Raynar berpamitan pada bibi Arunika dan pergi untuk mengurus pelayan yang sudah membuatnya kehilangan calon bayinya.Arunika sangat cemas melepas suaminya pergi sendiri, tetapi dia juga ingin menjaga sang mama, sehingga Arunika harus percaya jika Raynar akan segera kembali.“Oh ya, Aru. Bagaimana kondisi ke

Raynar terbangun karena terkejut. Dia duduk di sofa sambil mengusap kasar wajahnya. Raynar tidak sadar jika ketiduran hingga baru sadar jika dia masih di rumah markas Tommy.“Anda sudah bangun,” kata Tommy yang duduk di single sofa dekat Raynar duduk.“Berapa lama aku tidur?” tanya Raynar.“Baru tiga atau empat jam,” jawab Tommy.Raynar mengembuskan napas kasar. Dia merogoh saku jas, lalu mengecek ponselnya. Tidak ada pesan dari Arunika, waktu juga masih menunjukkan pukul tiga dini hari. Raynar berpikir Arunika pasti masih istirahat.“Pagi ini setelah kita melaporkan Andre ke kantor polisi, kami akan melakukan rencana sesuai kesepakatan kita dengan Briella,” ujar Tommy.Raynar mengangguk.“Saat Andre terseret, Briella dan ibunya memang harus sudah aman lebih dulu, apalagi kita tidak tahu apa yang akan dilakukan Andre jika tahu Briella ternyata berpihak pada kita,” ujar Raynar.Tommy mengangguk paham. Dia akan memastikan Briella aman dan jauh dari jangkauan Andre demi keselamatan Briel

Arunika mendengar semua yang Raynar katakan. Dia seketika menutup mulut dengan rasa tak percaya, saat mendengar kalau ada kemungkinan memang pamannya terlibat dan sudah tahu sejak awal kalau Arunika sedang hamil.“Aku akan mencari bukti lebih banyak, saat semua bukti keterlibatan pamanku terkuak, aku tidak akan pernah melepasnya karena sudah berani mencelakaimu, Aru.”Arunika mendadak kesulitan bernapas, sampai-sampai kedua kakinya lemas dan dia terduduk di sofa. Arunika sangat tak menyangka kalau paman Raynar bisa sekejam ini.“Balaskan dendam bayi kita. Aku tidak akan pernah rela membiarkan mereka yang sudah menyakitinya bebas begitu saja,” ucap Arunika dengan tatapan penuh amarah.“Pasti,” balas Raynar dari seberang panggilan, “siapa pun yang sudah menyakitimu, maka akan kupastikan hidupnya tidak tenang.”Arunika mengangguk-angguk. Setelah selesai bicara, Arunika mengakhiri panggilan lalu mencoba tenang dengan menarik napas dan membuangnya perlahan berulang kali.Setelah tenang, A

“Korban?” Raynar sangat terkejut.Arunika mengangguk-angguk.“Mama bilang masih ingat kejadian malam itu, dia ingat karena kecelakaan itu membuatnya trauma dan ingatan saat kejadian membekas lekat di pikirannya,” ucap Arunika.Raynar diam mendengarkan, menunggu sampai Arunika selesai bicara.“Mama semalam bercerita, saat kejadian itu, mereka sudah berada di jalur yang benar. Jalanan di sana juga sepi. Lalu saat sampai di perempatan, Mama ingat ada cahaya lampu yang menyilaukan dari sisi kanan, Mama mendengar suara benturan keras lalu beberapa saat kemudian sebuah mobil melesat membentur mobil Papa yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi juga,” ujar Arunika menceritakan apa yang semalam didengarnya.“Mobil yang menabrak mobil Papa tidak menabrak karena melaju kencang, tapi karena ditabrak sebuah truk besar. Itu yang Mama ceritakan padaku,” ujar Arunika menjelaskan, “dugaanku benar, kan? Papa dan Mama tidak mengalami kecelakaan tunggal, tapi ada yang membuat mereka akhirnya mengalami

“Kasus kecelakaan yang menimpa keluarga Anda murni sebuah kecelakaan. Mau diusut pun Anda tidak akan mendapat apa-apa selain uang asuransi kecelakaan. Jika Anda mau menerima uang kompensasi dari keluarga klien kami, kami akan sangat senang dan memberikan kompensasi kepada keluarga Anda.” “Tapi bagaimana dengan nasib adikku, suaminya meninggal, dia kritis, dan keponakanku butuh orang tuanya?” “Klien kami pun sama. Ini takdir. Jika Anda mau menerima kompensasinya, kami akan memberikan yang terbaik.” “Pikirkanlah baik-baik, setidaknya kompensasi dari kami, bisa untuk biaya penyembuhan adik Anda.” Mirna kebingungan, di situasi yang tak terduga ini dia harus mengambil keputusan sulit. Dia memikirkan adiknya, juga memikirkan keponakannya. Suaminya hanya pegawai biasa, kalau dia menuntut, apakah tidak akan berpengaruh pada suaminya, sedangkan Mirna menyadari kalau dua pria di depannya seorang pengacara yang sudah pasti dari keluarga kaya. “Bagaimana? Lima ratus juga, bukankah cukup untuk