Sinar matahari menyelinap tanpa diminta melalui tirai jendela hotel yang masih sedikit terbuka. Aku menggeliat pelan, membalik tubuhku dan menatap sosok pria yang masih lelap di sampingku. Lucian tidur telentang, satu lengannya berada di atas kepalanya, dan napasnya teratur. Tak ada ekspresi dingin seperti biasanya di wajahnya saat tidur. Justru, ada ketenangan yang anehnya menggemaskan. Aku menahan tawa sendiri. Pagi-pagi begini, aku seperti seorang pencuri yang memandangi harta paling berharga tanpa izin. Namun, dia suamiku, kan? Jadi seharusnya aku boleh mengaguminya sepuasnya. Dengan sangat pelan, aku meraih ponselku dari nakas, berusaha tak menimbulkan suara. Namun, entah bagaimana, justru tubuhku bergeser terlalu cepat dan— “Aw.” Lucian mengerang. Aku terhenti. Kupikir dia masih tidur, sampai dia bergumam sambil memicingkan sebelah mata.
Terakhir Diperbarui : 2025-06-04 Baca selengkapnya