Aristella langsung muncul di depan pintu sebelum bel rumah sempat disentuh. Matanya melebar penuh semangat, dan begitu melihat sosokku, ia segera memelukku dengan kedua tangan yang masih dibalut celemek.“Anakku yang paling cantik! Akhirnya pulang juga,” ujarnya dengan suara setengah tangis, setengah tawa. “Rasanya sudah satu abad sejak terakhir kali kau ke sini.”Aku tertawa sambil membalas pelukannya erat. “Baru tiga minggu yang lalu, Ibu.”“Itu sudah cukup lama bagiku!” Aristella melepas pelukannya lalu menoleh ke arah Lucian yang berdiri satu langkah di belakangku. Senyumannya berubah menjadi penuh makna. “Dan tentu saja, menantuku yang pendiam itu. Akhirnya ikut juga.”Lucian mengangguk sopan, ekspresinya tetap tenang. “Selamat malam, Ibu.”Aristella menggeleng, tampak geli dengan caranya memanggil dirinya ‘Ibu’. “Terdengar sangat formal, seperti sedang memimpin rapat direksi.”“Sudah kbiasaan,” jawab Lucian pelan, sambil me
Terakhir Diperbarui : 2025-06-03 Baca selengkapnya