Di bawah pohon beringin besar, tepat di lapangan kecil depan balai kecamatan Kemusuk, Raka berdiri tegak, dikelilingi tiga karung besar berisi koine emas. Bayu dan Rio berdiri di kedua sisinya, sama-sama berpeluh, namun mata mereka berbinar.Penduduk Desa Kelewer—sekitar tiga ratus orang, tua-muda, laki-laki dan perempuan—berkumpul dengan wajah penuh harap.Raka mengangkat tangan, memberi isyarat agar semua diam.“Dengarlah, saudara-saudaraku!” seru Raka, suaranya lantang namun hangat. “Emas ini adalah hak kalian! Bukan pemberian, bukan belas kasihan. Ini adalah ganti rugi atas kerja keras dan derita kalian yang dirampas!”Orang-orang mulai menunduk hormat, sebagian menghapus air mata dengan lengan baju mereka.“Kalian akan berdiri dalam satu barisan,” lanjut Raka, “dan setiap kepala keluarga akan menerima seribu keping emas.”Segera Bayu dan Rio membantu mengatur antrean. Warga Desa Kelewer, dengan tertib, berbaris panjang memutari beringin.Seorang lelaki paruh baya, berkulit legam
Last Updated : 2025-04-29 Read more