Kabar kepulangan Raka dari kota madya utama menebar ke seluruh penjuru Desa Kali Bening seperti angin membawa harum bunga musim semi. Dalam sekejap, warga berkumpul di balai desa, sebagian besar membawa buah tangan, beberapa bahkan membentangkan kain batik panjang di jalan-jalan sempit desa sebagai tanda suka cita.“Sudah tiga bulan ia tinggalkan kampung ini,” ujar Pak Siman, si pembuat gerabah, sambil menyeka peluh dari keningnya. “Tapi rasanya seperti tiga tahun. Anak muda itu bukan cuma kepala desa, dia cahaya bagi Desa ini!”Raka yang baru turun dari kuda putihnya, tersenyum lirih menatap kerumunan. Wajahnya terlihat lebih matang, sorot matanya dalam namun teduh. Dalam dekapannya, tergolek bayi mungil berusia empat bulan—putranya yang lahir saat sebelum ia berjuang di kota. Air matanya hampir luruh begitu melihat Andini menunggu di depan rumah, ditemani Aina, Aini, dan Bi Arum.“Raka, Desa ini telah berubah banyak sejak engkau pergi,” sambut Zeno bangga. “Lihat pasar itu… di pingg
Last Updated : 2025-04-26 Read more