Suasana rumah keluarga Pratama berubah tegang. Gallen baru saja tiba, belum sempat duduk, Kakek Pratama sudah berdiri dengan tongkat kayu di tangan. "Dasar, bocah tengik!" DUAK! Tongkat kayu tua menghantam punggung Gallen. Sekali, dua kali dan ketiga kali. Gallen meringis, tapi tak bergerak sedikit pun. "Kamu sudah mempermalukan keluarga ini, Gallen! Di depan tamu-tamu kehormatan!" "Kamu kira ini pementasan sandiwara?! Pantas saja waktu itu kamu langsung setuju bertunangan dengan Adhara. Jadi, ini rencanamu!" Lagi, tongkat kayu Pratama Wira menghantam punggung Gallen, ini sudah yang keempat kalinya. Gallen tetap bergeming di tempatnya. Suara Pratama Wira bergetar, dadanya seperti dialiri lahar panas, wajahnya memerah, urat di lehernya tegang. Napasnya terengah-engah. Gallen menunduk dalam diam. Ia membiarkan Kakeknya meluapkan semua. Ia tahu, kemarahan kakeknya bukan hanya tentang pertunangan, tapi tentang harga diri keluarga yang hancur di depan publik. Galaksi masuk
Last Updated : 2025-05-08 Read more