Langkah Dina terdengar mantap di koridor gedung pengadilan, meski dada dan pikirannya masih bergemuruh setelah sesi mediasi barusan. Kata-kata tajam yang ia lontarkan di ruang itu bukan sekadar emosi, tapi kesaksian dari luka-luka yang sudah lama ia simpan dalam diam. Hari ini, luka itu tak lagi membuatnya rapuh. Sebaliknya, justru menjadi bukti bahwa ia masih bertahan—dan telah bertumbuh.Begitu sampai di halaman luar, Dina menghentikan langkahnya sejenak. Ia mengangkat wajahnya, menatap langit yang mendung, dan menarik napas dalam-dalam. Udara terasa berat, namun tidak menyesakkan. Ia merasa anehnya… lega. Bukan karena permasalahan sudah selesai, tapi karena ia akhirnya bisa bicara tanpa takut, tanpa merasa perlu menyembunyikan luka demi menjaga harga diri orang lain.Ia melangkah ke trotoar, memesan taksi daring, dan berdiri diam menunggu. Di tengah keheningan itu, pikirannya melayang ke sebuah kenangan yang selama ini ia kubur jauh.Malam itu, Dina baru pulang dari supermarket d
Last Updated : 2025-07-10 Read more