Semua Bab MENJADI IBU SUSU BAYI CEO AROGAN : Bab 231 - Bab 240

'Sebenarnya, apa yang terjadi pada Jessica? Kenapa ibunya sampai memohon seperti ini padaku?'Hati Gina bicara demikian mendengar ucapan Jeny tadi padanya, ditambah lagi raut wajah Jeny yang demikian memelas, menambah rasa heran Gina pada sikap ibunya Jessica tersebut.Namun, itu tidak berlaku pada Bara. Pria itu sudah terlanjur tidak suka dengan sikap Haris dan semua yang terkait dengan laki-laki itu. Apalagi sekarang, Gina belum terlalu sehat, ia benar-benar selektif untuk mengizinkan istrinya bertemu dengan siapa saja."Sayang. Ayo kita pulang. Dokter bilang, kamu tidak boleh terlalu emosional, kalau kamu bertemu dengan anak ibu ini, mungkin saja kamu bahkan menjadi emosional lagi dan itu tidak baik untuk kesehatan mu."Dengan sangat lembut, Bara berusaha untuk membujuk sang istri agar istrinya itu tidak mudah terpengaruh dengan raut menyedihkan orang yang mengajak bicara dirinya saja.Apalagi, Jessica pernah jahat pada Gina, menghancurkan pernikahan Gina hingga Gina dianggap tida

"Itu hanya berlaku untuk perempuan yang memiliki suami yang mencintainya, untuk perempuan yang hanya memiliki cinta sepihak, kurasa itu tidak akan berlaku," katanya pada Gina. Wajahnya terlihat suram dan terlihat sekali hatinya tidak senang sama sekali."Kamu hamil anak Haris?" tanya Gina hati-hati hanya sekedar untuk memastikan. Mendengar pertanyaan itu dilontarkan oleh Gina, Jessica tersenyum kecut. Ia mengalihkan pandangannya, tidak mau menentang tatapan mata Gina."Ya.""Wah, selamat ya?""Selamat?" ulang Jessica seolah tidak suka perkataan itu diucapkan oleh Gina. "Iya. Kamu pasti akan menjadi istri dan menantu kesayangan mereka, Jessica.""Ohya?"Gina mengangguk cepat, dan lagi-lagi Jessica tertawa getir melihat itu semua."Aku mau aborsi."Ucapan yang keluar dari mulut Jessica membuat Gina jadi menarik napas panjang. Karena ia sudah tahu tentang hal itu, Gina tidak lagi terlalu terkejut, tapi ia cukup tercekat lantaran mendengar kalimat itu langsung dari mulut Jessica.Jemar

Untuk sesaat, Karina memandang wajah Bara dengan sangat tajam tepat di manik mata mantan suaminya tersebut.Bara melakukan hal yang sama, tapi kali ini sorot matanya sangat terlihat tidak enak untuk dilihat. Karina bahkan merasa ada kemarahan disembunyikan oleh laki-laki itu padanya."Selama kita menikah, kenapa kamu enggak mau mencium kalau aku tidak meminta?"Mendengar apa yang dipertanyakan oleh Karina, Bara mengerutkan keningnya, seolah tidak paham dengan apa maksud Karina mempertanyakan hal seperti itu."Kau ini bicara apa? Masalah seperti itu ditanyakan dalam situasi sudah bercerai, dasar aneh!""Kamu tidak berani menjawab?""Bukan tidak berani, tapi untuk apa? Itu tidak penting dan sudah berlalu. Aku tidak mau membahas masa lalu!""Tentu saja kamu tidak berani menjawab karena kamu yang berlagak suci ini sebenarnya munafik!""Munafik?" ulang Bara semakin tidak paham dengan arah pembicaraan sang mantan isteri. "Ya! Kamu bilang kamu mencintai aku, kita menikah karena kita saling

"Ya! Aku tahu! Kamu memang menampung aku setelah aku dipecat, tapi apa yang aku lakukan padamu juga sudah sangat banyak, Karina! Lagipula, makin hari, aku melihat kamu semakin memuakkan, padahal aku sudah berusaha untuk menjadi pendukung mu, tapi hatiku semakin muak dengan apa yang kau lakukan pada Tuan Farrel!" balas Santi sengit."Kamu benar-benar kurang ajar, Santi! Aku akan memecat mu! Aku juga akan melaporkan kamu ke polisi karena berani menyentuh Bara! Kamu akan masuk penjara!" teriak Karina dengan sangat kalap, tapi hal itu tidak membuat Santi takut. Ia bahkan tersenyum kecut sembari menatap Karina dengan tatapan mata meremehkan."Laporkan saja, aku akan mengatakan pula yang memberikan perintah padaku adalah kamu! Jadi, kita lihat saja, lebih berat hukuman siapa, aku atau kamu!" tantang Santi, tanpa rasa takut sama sekali."Kamu benar-benar tidak tahu balas budi, Santi! Aku menyesal sudah menampung kamu di rumah ini!!" teriak Karina dengan suara yang melengking, tapi Santi lagi

"Ada apa? Kamu tidak percaya kalau aku tidak suka melihat Haris selalu mengejar mu?"Suara Bara terdengar membuyarkan Gina dengan hatinya. Gina mengusap wajahnya dengan perlahan, sekedar untuk menenangkan hatinya saja lantaran ia merasa lucu melihat tingkah sang suami."Kamu dan Haris itu berbeda. Meskipun aku pernah mencintai dia dan akhirnya menikah, tapi hanya dengan mu, aku merasa sangat diratukan dan dihargai."Gina akhirnya menjawab pertanyaan sang suami dengan wajah yang serius agar Bara percaya dengan apa yang baru saja dikatakannya."Apakah saat berhubungan dengan ku, kamu merasa puas?" tanya Bara seolah masih tidak yakin dengan apa yang dijelaskan oleh Gina padanya."Ya. Aku sangat puas, kalau enggak, aku enggak mungkin melakukannya berulang sama kamu."Gina menjawab pertanyaan Bara selanjutnya dengan sangat tegas."Kenapa kamu merasa puas?"Jemari tangan Gina saling memilin ketika Bara melontarkan pertanyaan itu. Sebuah pertanyaan yang mana jika ia jawab akan membuat dirin