Semua Bab Beri Kesempatan Untuk Pernikahan Kita: Bab 121 - Bab 130

Jika ditanya hubungan apa yang sedang Melody jalani bersama Shane, Melody sendiri tidak tahu jawaban pastinya. Yang jelas semenjak hari itu, mereka sama-sama tahu bahwa mereka kini bukan sekadar mantan pasangan yang bekerja sama merawat Seira. Melody masih belum siap untuk sebuah hubungan yang mengikat dan Shane mengerti akan hal itu. Dia tidak pernah memaksakan apapun pada Melody. Fokusnya hanya pada kenyamanan Melody. Shane juga menyadari akhir-akhir ini Melody tidak terlihat nyaman berada di apartemen milik Shane. Itu terjadi setelah kedatangan Erina waktu itu. Barangkali Melody terbayang-bayang akan Erina yang pernah menghabiskan waktu di tempat itu. Oleh karena itu, Shane lah yang selalu berkunjung ke rumah Melody. Seperti hari ini, sepulang kerja, Shane tidak pulang ke tempatnya melainkan datang ke mansion milik Melody. Kedatangannya disambut oleh Bu Nani yang seperti biasa selalu ada di lantai satu. "Nona Melody lagi di kamarnya, Tuan," ujar Bu Nani. "Kalau Seira?"

Melody memperhatikan tiap foto yang berada di dalam album itu dengan seksama. Pada tiap potret dirinya, Melody bisa melihat betapa cerah dirinya kala itu. Mulai dari pakaian sampai perhiasan yang Melody kenakan, bisa dipastikan harganya fantastis. "Kamu gembul banget 'kan? Soalnya dulu doyan makan," komentar Shane yang mengira Melody tengah membandingkan fisiknya yang dulu dan sekarang. Melody mencubit paha Shane, membuat pria itu meringis. "Gak usah ngejek." Shane terkekeh puas karena berhasil membuat Melody kesal. "Aku senang karena makin kesini, kamu mulai kembali seperti dulu. Secara fisik maupun tingkah laku." Melody memicingkan mata pada Shane. "Maksudnya aku gendut gitu?" "Sejak dulu badan kamu selalu berisi, tapi tergolong sehat karena tidak berlebihan. Aku rutin bawa kamu ke rumah sakit untuk cek kesehatan. Kamu yang seperti ini adalah versi terbaik, Mel." Melody mengamati Shane dengan tatapan penuh selidik. Setahunya, Shane adalah pegila body building. Pria itu s

"Mama bukan cuma ninggalin Papa, tapi juga aku! Dan ketika Papa meninggal, Mama gak datang 'kan? Setidaknya kalau bukan untuk Papa, Mama seharusnya datang untuk aku!" Melihat Melody menyuarakan seluruh amarahnya, ibunya hanya bisa terdiam. "Aku sendirian menghadapi semuanya, Ma. Papa meninggal dalam keadaan perusahaan keluarga kacau balau! Aku yang selama ini gak pernah menghadapi masalah sepelik itu sampai harus menikahi Leo yang aku pikir bisa menyelamatkan perusahaan!" Tubuh Melody bergetar selagi ia berbicara dengan suara yang cukup tinggi. Dia sendiri tidak tahu bagaimana dirinya bisa mengingat semua detail kejadian itu beserta perasaan yang ia alami saat itu. "Usia aku bahkan belum dua puluh tahun saat aku harus menghadapi perceraian karena perjodohan konyol yang kalian atur! Lalu aku harus kehilangan Papa yang tiba-tiba sakit karena Mama pergi! Dan sekarang Mama datang untuk minta uang?" Melody tertawa hambar di sela-sela air matanya. Ia menyugar rambut hitam panjang

Keesokan harinya setelah menjemput Seira di rumah orang tua Shane, Shane mengantar Melody dan Seira kembali ke mansion kemudian pergi ke perusahaan untuk mengurus beberapa pekerjaan.Selain harus memeriksa beberapa laporan mengenai proyek, Shane juga harus berkoordinasi dengan Tasya mengenai pengeluaran di awal bulan. Pengeluaran ini tidak ada sangkut pautnya dengan perusahaan karena merupakan pengeluaran pribadi mili Shane.Shane berencana mengalihkan urusan ini pada Melody mengingat wanita itu sekarang sudah resmi menjadi istrinya lagi. Awalnya Shane memberikan tugas itu pada Tasya karena dia tidak sempat mengurus semuanya. Pengeluaran itu meliputi beberapa yayasan yang Shane danai termasuk panti asuhan milik Bu Ratna. Lalu ada biaya belanja bulanan dan pembayaran asuransi, listrik, serta lainnya. Hanya saja Shane masih mempertimbangkan keadaan Melody. Lalu kini dia juga harus memikirkan tentang ibu Melody. Shane harus memasukkan bagian itu ke dalam daftar biaya yang harus dia kelu

Matahari belum terbit ketika Shane terbangun. Posisi tidurnya masih sama seperti semalam. Berbaring miring ke arah kanan. Sementara Melody, dia masih terlelap dengan posisi membelakangi Shane. Shane menahan diri untuk tidak menarik wanita itu ke dalam dekapannya. Karena jika dia berbuat demikian, kemungkinan lukanya kembali terbuka dan mengakibatkan proses penyembuhan yang lebih lama. Dengan sedikit meringis, Shane duduk. Ia meraih ponselnya yang terletak di atas meja nakas. Ada beberapa pesan yang belum terbaca. Shane membuka pesan-pesan itu satu persatu. [Tasya: Saya sudah menjadwalkan ulang seluruh agenda Pak Shane selama dua minggu ke depan. Dan sesuai permintaan Bapak, untuk sementara Pak Yogas yang menggantikan Bapak untuk mengawasi proyek-proyek yang sedang berjalan.] [Yogas: Woi! Seenaknya saja ngasih beban berat ke aku tanpa konfirmasi dulu! By the way, lekas sembuh. Si Leo bocah brengsek itu gak bakal aku ampuni kali ini.] Shane menghela nafas membayangkan Yogas pa