“Kamu istriku, Kira,” ujar Kai lembut. “Kamu berhak mendapatkan yang terbaik. Dan kita nggak mungkin memiliki kamar terpisah selamanya.”Lagi, Kira tertegun mendengar kata-kata Kaisar tersebut. Padahal dulu, Kai-lah yang menciptakan jarak di antara mereka. Sekarang keadaannya sudah berbalik.“Gimana? Mau?” tanya Kai, masih menatap Kira dengan tatapan hangat.Kira menoleh pada Kai, lalu menipiskan bibirnya sebelum menjawab, “Beri aku waktu, Mas. Bagaimanapun juga, aku masih marah sama kamu.”Kai tersenyum, mengangguk. “Baiklah. Aku nggak akan memaksa. Kalau kamu sudah siap, kasih tahu aku. Biar aku nyuruh orang untuk mindahin barang-barang kamu ke sini.”Kira mengangguk pelan, sebelum akhirnya meluruskan kembali pandangannya ke langit-langit ruangan. Tidak bisa dipungkiri bahwa jantungnya kini berdebar-debar, sikap Kai membuat pertahanannya goyah.Cukup lama Kira melamun, tapi ia bisa merasakan bahwa tatapan Kai terus tertuju ke arahnya, membuat pipi Kira bersemu merah. Namun Kira teta
Terakhir Diperbarui : 2025-05-24 Baca selengkapnya