Semua Bab Ibu Susu untuk Madu Suamiku: Bab 221 - Bab 230

“Baby, aku boleh ikut?” tanya Kai sambil memeluk Kira dari belakang, mengikuti Kira berjalan menuju dapur.“Nggak boleh, Mas,” timpal Kira dengan blak-blakan. “Hari ini pokoknya girl’s time. Cowok nggak boleh ikut.”“Nanti gimana kalau ada laki-laki lain yang menggoda kamu? Aku jadi nggak bisa melindungi kamu kalau nggak ikut.”Kira merotasi matanya dengan malas. Ia memukul pelan punggung tangan Kai yang melingkar di depan perutnya. “Mas, mana ada sih cowok yang mau sama wanita yang udah bersuami?” Ia lalu menunjukkan cincin pernikahan mereka yang tersemat di jari manisnya. “Mas nggak lihat ini? Sebelum mereka menggoda, mereka udah mundur duluan pas lihat cincin ini di jari aku.”Kai berdecak lidah. Ia melepaskan pelukannya, lalu memutar tubuh Kira agar menghadapnya. Kai menangkup pipi Kira hingga bibir wanita itu membentuk huruf o.“Baby, kamu nggak mengerti. Kamu itu cantik, seksi, dan mempesona. Laki-laki ganjen nggak akan peduli kamu sudah menikah atau belum, mereka akan tetap mel

Selesai berbelanja di mall dan makan siang, kali ini Grace membawa Kira ke sebuah salon dan spa. Mereka melakukan perawatan tubuh di sana. Dari ujung kaki hingga ujung kepala. Tak lupa, Kira selalu mengabari Kai setiap setengah jam sekali, sesuai permintaan pria itu tadi.Sambil menikmati pijatan lembut, Grace bercerita banyak hal. Tentang rumah tangga, jatuh cinta pada pasangan setiap hari, dan bagaimana menjaga hubungan tetap hidup meski usia bertambah.Kira mendengarkannya dengan seksama. Tak Kira sangka, ternyata ibu mertuanya bisa berbicara banyak kepadanya tentang segala hal. Kira tersenyum bahagia mendengarnya.Setelah keluar dari salon, mereka duduk di sebuah kafe kecil bergaya Eropa di sudut mall. Kira menyesap cokelat panasnya perlahan, sementara Grace memutar sendok kecil di dalam cappuccino yang baru saja disajikan. Suasana nyaman, langit-langit tinggi dan lampu gantung membuat tempat itu terasa hangat dan tenang.“Mi, aku nggak nyangka… hari ini benar-benar seru,” ucap Ki

“Baby, habis melihat Luna, kita beli perlengkapan yang akan kamu bawa ke Paris, ya?” ucap Kai sambil menggenggam tangan istrinya dengan satu tangan, sementara tangan yang lain memegangi kemudi.“Nggak usah, Mas,” tolak Kira dengan halus seraya menyandarkan kepala di bahu sang suami. “Kan aku udah beli sama Mami kemarin.”“Memangnya apa saja yang kalian beli?”“Em… beberapa baju yang akan aku pakai sewaktu di sana, sepatu, tas. Dan aksesoris lainnya, Mas.”“Cuma itu?”Kira menggigit bibir bawahnya. Sebenarnya ada lagi yang mereka beli, yaitu lingerie, tapi Kira tidak mau mengatakannya pada Kai. Ia malu setengah mati jika harus mengatakannya.Kira menggigit bibir bawahnya sejenak. “Sebenarnya ada satu lagi, Mas.”“Apa itu?” Mata Kai yang dilindungi kacamata hitam itu tetap tertuju ke arah jalan.“Tapi aku nggak mau ngasih tahu kamu sekarang.” Pipi Kira seketika merona merah. “Nanti saja kalau sudah sampai Paris, a

Setelah menghabiskan waktu selama kurang lebih 16 jam di udara, Kai dan Kira akhirnya menapakkan kaki mereka di bandara Charles De Gaulle. Kira terpesona melihat interior bandara yang megah tersebut. Ia celingukan seperti anak kecil, matanya berbinar-binar kala melihat orang-orang asing yang berbicara bahasa Perancis.Kai berjalan di samping Kira, mendorong troli berisi dua koper mereka. Sesekali Kai menatap istrinya, ia tersenyum kala melihat Kira tampak antusias.“Wuah… orang Perancis ganteng-ganteng banget ya, Mas!” celetuk Kira dengan polos.Sontak, Kai menoleh pada Kira dengan satu alis terangkat. “Apa maksudmu, Baby? Coba katakan sekali lagi.”Kira tersenyum kecil, tanpa mengalihkan tatapannya dari beberapa orang asing yang berlalu lalang, ia kembali berkata, “Mereka ganteng banget, Mas.” Lalu ia mengusap perutnya. “Semoga anak kita juga ganteng atau cantik.”“Ganteng seperti mereka maksudmu?”“Hm!” Kira mengangguk, ia tidak menyadari perubahan raut muka suaminya yang mulai keru

Kai meminta Kira mengenakan gaun yang Kira sukai. Malam itu Kira memilih mengenakan gaun merah yang sempat ia beli bersama ibu mertuanya.Gaun itu memiliki model seperti kemben dengan bagian rok yang lebar dan menjuntai hingga mata kaki. Bagian atasnya tanpa tali, memperlihatkan leher dan tulang selangka yang sempurna.Sementara itu rambut Kira dibiarkan tergerai dengan aksesoris kecil berwarna perak di bagian kanan kepala. Dan anting menghiasi telinganya.Begitu keluar dari kamar, Kira langsung memutar tubuhnya pelan di hadapan Kai yang tengah memainkan ponsel.“Gimana, Mas? Gaun ini cocok nggak di aku?” tanya Kira.Kai sontak mendongak menatap sang istri. Seketika itu juga mata Kai melebar, mulutnya setengah terbuka, dan ponsel di tangannya otomatis terjatuh ke atas meja.“Baby…,” gumam Kai dengan suara nyaris tak terdengar. Pria itu langsung berdiri, menghampiri Kira seraya menatapnya dengan tatapan penuh kekaguman. “Kamu cantik sekali,” pujinya, yang membuat pipi Kira seketika mer