Rania menatap Aidan yang masih tertidur, lalu perlahan turun dari tempat tidur. Ia berjalan ke dapur, menyalakan teko listrik, dan mempersiapkan dua cangkir teh. Jemarinya sedikit gemetar, bukan karena udara pagi, tetapi karena hatinya penuh dengan pertanyaan yang menumpuk sejak kemarin.Beberapa menit kemudian, langkah kaki terdengar menuruni anak tangga. Aidan muncul di ambang pintu dapur, masih dengan rambut acak-acakan dan wajah terlihat lelah.“Kok, enggak bangunin aku?”“Kamu pulas banget tidurnya.” Rania berusaha tersenyum menyambut suaminya yang menarik kursi di hadapan. Aidan mengangguk. “Iya. Capek banget.”“Kapan sampainya?” tanya Rania pelan, berusaha bersikap biasa.“Semalam.”“Kamu mau teh?”“Mau,” jawab Aidan singkat. Mereka duduk dalam diam beberapa saat, hanya suara detik jam dinding dan hiruk pikuk samar dari luar rumah mulai terdengar.“Kamu nginap di mana aja selama i
Terakhir Diperbarui : 2025-04-18 Baca selengkapnya