Semua Bab Malam Membara Bersama Pamanmu : Bab 201 - Bab 210

Liora tak bisa membendung kebahagiaannya saat ia melihat si kembar di bawa kembali ke dalam ruang NICU oleh para perawat. Selagi menunggu Kayden yang pasti berganti pakaian, ia berdiri di depan jendela, memandangi bayi-bayi mungilnya yang lucu, yang cantik dan tampan. Melihat mereka seperti ini, Liora semakin tidak sabar untuk bisa menggendong mereka lebih lama. ‘Cepat sehat sayang-sayangku ....’ gumam Liora dalam hati. ‘Nanti setelah ini kita main setiap hari.’ Ia tenggelam dalam lamunannya hingga panggilan seorang pria datang dari sebelah kanannya. “Nona Liora.” Saat ia menoleh, wajah Dokter Edsel yang tersenyum membuatnya membalas, “Selamat pagi, Dokter.” “Selamat pagi.” “Terima kasih untuk dengan sabar merawat mereka. Kapan kiranya mereka bisa saya bawa pulang?” Dokter Edsel sekilas memiringkan kepala sebelum menjawab, “Masih belum boleh, Nona Liora. Mungkin sekitar dua atau tiga minggu lagi.” “Lama ...” Liora tanpa sadar mengatakan itu dengan bibirnya yang sedikit menger

Julia sedang terkapar tak berdaya di lantai kamar mandi yang digenangi oleh air hingga membuatnya basah kuyup. Di atas wastafel dan di lantai itu, Nyonya May menjumpai banyak obat-obatan yang tergeletak, berserakan sehingga beliau menyimpulkan bahwa anak perempuannya itu tengah mencoba bunuh diri dengan cara yang lain. Jika sebelumnya berusaha menggores pergelangan tangannya, sekarang ia meminum obat-obatan yang barangkali telah melewati batas anjuran. “JULIA!” Teriakan Nyonya May kembali terdengar, beliau meraih lengan Julia, berusaha membawanya keluar dari sana saat suara Tuan Carlos datang dari belakangnya. “Ada apa—Julia!” Tuan Carlos mengangkat Julia meninggalkan kamar mandi. Abai pada tubuhnya yang basah, Tuan Carlos berlari memburu waktu teriring Nyonya May yang menangis tanpa henti di belakangnya. Dengan bantuan sopir yang mengemudikan mobil mereka secara cepat, mereka membelah jalan raya di Seattle yang sedang dipadati oleh banyak kendaraan. Mereka melesat menuju ke ru

“Hentikan, Julia!” teriak Tuan Carlos, beliau berlari menghampiri Julia yang seperti tak mendengarkan permintaan sang Ibu yang sudah memohon agar ia tak menyakiti dirinya sendiri. Tuan Carlos mendekap anak perempuannya itu, sedang Nyonya memanggil perawat. “Hentikan,” pinta Tuan Carlos sekali lagi. “Tidak ada baiknya kamu melakukan semua ini. Ini hanya akan menyakitimu.” Julia tak menjawab, ia hanya tertunduk, tangannya yang ditusuknya berulang kali tu mengucurkan darah. Derap lari beberapa perawat memasuki ruangan, mereka mengambil alih Julia dan mengobati lukanya agar tidak menjadi semakin buruk. Tak ada yang bicara, hanya sisa-sisa ketegangan yang memerangkap. Nyonya May yang tak bisa membendung tangisnya memukul suaminya dengan sedikit keras. “Itu salahmu!” katanya. “Sudah aku bilang kalau Julia itu sedang tidak baik-baik saja tapi kamu terus menghujaninya dengan kebencian, Pa!” Tuan Carlos tak menjawab. Menerima pukulan bertubi-tubi sang istri, matanya terlihat kosong, tid

Seperti aktivitas harian yang dilakukan oleh Liora dan Kayden dengan tak pernah bosan, kali ini mereka pun juga pergi ke rumah sakit untuk melihat si kembar Lucca dan Elea. Liora membawakan ASIP dalam beberapa kantong yang ia serahkan pada perawat. Air susu yang semalam seperti akan dihabiskan oleh Kayden saat mereka ada di dalam ruang gym. Setelah pria itu mengatakan ‘aku bisa menghisapnya sampai puas’ Kayden benar-benar melakukan itu. Ia tak akan bosan dengan rasanya yang ia bilang ... manis. ‘Kamu hanya milikku, Liora’ yang dikatakannya berulang kali selalu memberi debaran yang membuat detak jantung Liora menggila. Itu adalah kepemilikan yang tak hentinya ia dengar sejak bertemu dengan Kayden lagi. Tapi meski mereka melakukan hal-hal seintim itu, Kayden seperti tidak begitu saja ‘percaya’. Pagi ini saat bertemu dengan dokter neonatologi penanggung jawab ruang NICU, Kayden terlihat kesal sekalipun ada kabar baik yang mereka terima. Dokter Edsel yang ditemui Kayden dengan berm

"Setelah tahu rasanya dikhianati, aku tidak pernah berpikir akan melakukan hal yang sama yang akhirnya menyakiti hati orang yang aku cintai, Liora," balas Kayden setelah keheningan yang cukup lama. "Aku tidak memiliki pandangan dengan siapa aku hidup selain hanya denganmu." Kayden mengangkat tangan mereka yang masih saling menggenggam, menjatuhkan bibirnya di punggung tangan Liora yang wangi. "Bagiku, semuanya memang sudah usai," lanjutnya. "Bukan hubungan kita, tapi pencarianku untuk membentuk sebuah keluarga yang dengan mereka aku menghabiskan sisa hidupku. Aku sudah pernah merasakan bagaimana menderitanya saat kehilangan dirimu, dan aku tidak ingin merasakannya lagi." Liora memejamkan matanya saat Kayden menunduk, jika sebelumnya ia menjatuhkan bibirnya di punggung tangan Liora, kali ini ia memberi kecupan yang manis di keningnya. Pandangan mereka tertaut cukup lama, lambat laun ... senyum terkembang di bibir Liora dengan hanya melihat Kayden, yang bagaimanapun Liora mengelaknya