Aku dan Alzian bercumbu? Tentu saja tidak. Sepertinya aku dan dia memang tidak pernah ditakdirkan untuk menyentuh puncak gairah. Selalu ada sesuatu. Entah itu waktu, keadaan, atau mungkin takdir itu sendiri yang menggagalkan pendakian kami. Di malam-malam sebelumnya, Alzian selalu menyerah bahkan sebelum bertarung. Namun, kali ini berbeda. Setelah menerima telepon dari entah siapa, ekspresinya berubah dingin. Tajam. "Sebentar," ucapnya cepat. Tanpa menungguku bicara, ia melangkah ke lemari, menarik setelan abu-abu gelap, setelan yang biasa dipakainya saat harus menangani sesuatu yang serius. Ia kembali ke ranjang, menatapku sebentar, lalu menempelkan bibir tipisnya di keningku. “Sayang, aku tinggal sebentar, yah!" Begitu saja. Pintu kamar terbanting. Aku menarik napas panjang dan melangkah ke balkon. Dari sana, kulihat Alzian memasuki mobil hitam yang pintunya telah terbuka, dikawal dua pria berbadan kekar. Dalam hati, "Huft, lagi-lagi." Aku jadi teringat saat kami dipe
Last Updated : 2025-05-02 Read more