Home / Romansa / Sang Penguasa Dunia Mafia / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Sang Penguasa Dunia Mafia: Chapter 11 - Chapter 20

24 Chapters

Hari kebebasan

Keesokan harinya, nama Althalan Zeyasel telah menjadi legenda di dalam lapas remaja itu. Tidak ada lagi yang berani menantangnya, bahkan kepala sipir pun memilih untuk menghindari tatapan matanya. Orang-orang terkuat di sana hanya bisa menunduk ketika melewatinya, sadar bahwa tidak ada lagi tempat bagi mereka untuk menantang kekuasaan.Hari ini, Althalan memilih untuk beristirahat. Luka-lukanya masih terasa perih setelah pertarungan yang tiada henti, tetapi pikirannya tetap tajam.Saat itulah seorang sipir mendekatinya dengan wajah sedikit cemas."Tuan Althalan, ada yang menjengukmu."Althalan menoleh dengan tatapan dingin. Tanpa banyak bicara, dia berdiri dan berjalan mengikuti sipir itu menuju ruang kunjungan.Di balik kaca pemisah ruangan itu, duduklah Kazuo, tangan kanan Latozey. Pria itu mengenakan jas hitam yang rapi seperti biasa, tetapi ada ketegangan di wajahnya. Begitu melihat Althalan masuk, Kazuo hanya menundukkan pandangannya sejenak sebelum akhirnya duduk dengan tenang d
last updateLast Updated : 2025-03-22
Read more

Luminos Academy

Matahari pagi menyinari gerbang Luminos Academy, sekolah elite yang dipenuhi anak-anak dari keluarga berpengaruh. Para siswa sudah mulai berdatangan, sebagian sibuk berbicara, sementara yang lain berdiri di sudut koridor dengan tatapan malas.Namun, pagi itu sedikit berbeda. Ada satu rumor yang sudah menyebar sejak kemarin—akan ada murid baru.Banyak siswa, terutama para siswi, sibuk bergosip tentang siapa yang akan masuk ke sekolah mereka. Beberapa bahkan sudah membayangkan seorang anak pejabat dengan wajah tampan dan gaya hidup mewah.Namun, sebelum mereka bisa terus berimajinasi, suara deru mesin mobil sport menarik perhatian.Sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan gerbang. Dari dalam, lima orang pria keluar dengan gaya penuh percaya diri. Mereka adalah kelompok yang dijuluki "Most Wanted", sekumpulan anak orang kaya yang menguasai sekolah ini. Galaksi, Thomas, Venro, Ropal, dan Yeon.Mereka terkenal karena ketampanan, kekayaan, dan sikap arogan mereka. Tak hanya itu, mereka ju
last updateLast Updated : 2025-03-22
Read more

Pisau or pistol?

Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi. Suara siswa-siswi yang berhamburan keluar dari kelas terdengar di seluruh koridor. Mereka bercanda, berbicara tentang tugas, atau sekadar merencanakan untuk nongkrong setelah sekolah.Di sisi lain, Althalan berjalan keluar dari gerbang Luminos Academy dengan santai, tangannya masih menggenggam buku yang ia bawa sejak tadi. Meski terlihat tenang, pikirannya masih memikirkan aura misterius yang ia rasakan di perpustakaan tadi."Siapa pun itu… dia pasti memperhatikan gue sejak awal."Althalan tak menunjukkan ekspresi apa pun, namun dalam hatinya, ia tahu ini bukan hal biasa.Langkahnya terhenti sejenak di trotoar depan sekolah. Langit sudah sedikit mendung, angin sore berhembus pelan. Beberapa murid lain yang melihatnya masih berbisik-bisik, terutama para siswi yang sejak tadi menaruh perhatian padanya.Namun, Althalan tidak peduli. Saat dia hendak melanjutkan langkahnya, sebuah suara memanggilnya dari belakang."Hei, Althalan!"Althalan menoleh. Ter
last updateLast Updated : 2025-03-22
Read more

kehidupan dunia bawah

Dunia Bawah Tidak Mengenal Ampun siapapun yang berjalan diatas kekuasaan, maka dialah yang menjadi rajanya.Althalan melangkah keluar dari ruangan itu dengan koper berisi uang di tangan kanannya. Begitu pintu tertutup di belakangnya, atmosfer lantai 13 terasa lebih mencekam. Seakan ada banyak mata yang mengawasinya, menunggu celah sekecil apa pun untuk menancapkan pisau ke punggungnya.Tatapan-tatapan tajam dari orang-orang bersenjata yang berkeliaran di sepanjang lorong itu seperti belati yang menggores kulit. Mereka semua tahu bahwa Althalan baru saja mendapat misi yang hampir mustahil. Tidak sedikit dari mereka yang memasang ekspresi meremehkan, seolah sudah yakin bahwa bocah ini akan mati sebelum fajar menyingsing.Althalan tetap berjalan tenang menuju lift. Namun, tepat sebelum ia menekan tombol, seseorang dari belakang bersiul pelan."Hei, bocah."Althalan tidak menoleh, tapi ia bisa merasakan keberadaan orang itu. Suaranya berat, penuh dengan nada mengejek."Kita taruhan yuk,"
last updateLast Updated : 2025-03-22
Read more

Amore Jassely

Langit pagi di atas kota masih tertutup kabut tipis saat Althalan melangkah ke luar dari apartemennya. Udara masih segar, tetapi di dadanya hanya ada dingin yang tak terpengaruh oleh cuaca.Malam tadi, dia telah belajar sesuatu yang penting—berurusan dengan organisasi bawah tanah bukanlah hal yang bisa diselesaikan dengan satu tembakan atau satu kematian. Jika ingin benar-benar mengakhiri semuanya, dia harus mencabut akar-akar busuk yang tersembunyi di balik bayang-bayang.Namun, itu urusan nanti. Saat ini, dia hanya punya satu tujuannya, membalaskan dendamnya pada Latozey.Setelah membersihkan diri dan mengobati lukanya dengan cepat menggunakan kotak P3K, Althalan duduk di sofa, menyalakan sebatang rokok, dan menatap koper berisi uang yang ia dapatkan.Uang ini bukan tujuan hanya alat untuk dia mencapai puncak, Setelah satu tarikan napas panjang, ia memutuskan untuk menyimpannya terlebih dahulu. Esok hari akan menjadi hari baru—dan dia akan menjalani peran barunya di sekolah yang ent
last updateLast Updated : 2025-03-22
Read more

Skoteiní Theá dan plíros skoteinó

Semuanya terjadi dalam sekejap. Satu detik yang lalu, geng Galaksi masih berdiri dengan percaya diri, merasa jumlah mereka cukup untuk menghancurkan siapa pun. Tapi detik berikutnya… dunia berubah. Tulang patah, daging terkoyak, dan jeritan kesakitan mengisi udara. Althalan tidak bisa berkata apa-apa. Matanya hanya terpaku pada sosok di depannya. Amore. Cewek itu bergerak lebih cepat dari yang bisa ditangkap oleh mata manusia biasa. Satu pukulan—hanya satu—dan tubuh salah satu anak buah Galaksi terpental seperti boneka kain, menabrak tembok dengan bunyi keras. "A-Apa...?" Galaksi mundur selangkah, matanya membelalak saat melihat rekannya mengerang di tanah dengan lengan yang patah ke arah yang tidak seharusnya. Tapi Amore belum selesai.Dia menghilang. Menghilang!!. Atau setidaknya, begitulah yang terlihat di mata mereka. Tapi bagi Althalan, dia masih bisa menangkap gerakan Amore—cewek itu bergerak dengan efisiensi yang mengerikan. Satu tendangan ke lutut, dan seorang pria jatuh s
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more

membasmi kartel

Gudang itu berdiri di ujung dermaga, lampunya redup, dan di sekitarnya ada beberapa truk kontainer yang diparkir berjejer. Suara deburan ombak samar-samar terdengar di kejauhan. Althalan berdiri di balik bayangan sebuah kontainer besar, matanya tajam menatap ke arah gudang. Dia sudah menghitung jumlah musuh dari kejauhan—sebelas orang berjaga di luar, beberapa memegang senjata laras panjang, dan sisanya membawa pistol. "Transaksi ini bernilai lebih dari lima ratus juta... masuk akal kalau mereka mengamankan tempat ini mati-matian," pikirnya. Dia tidak peduli siapa mereka. Yang dia pedulikan hanya misinya: ambil senjata, habisi semua orang yang ada di sini. Althalan menarik napas dalam. Lalu, dia bergerak. Tubuhnya melesat cepat seperti bayangan, tanpa suara, hanya langkah-langkah ringan yang hampir tak terdengar di atas aspal basah. Dia mendekati penjaga pertama yang sedang merokok di dekat kontainer. Tanpa ragu, dia menyergap dari belakang, tangan kirinya membungkam mulut pria i
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more

organisasi Rafael

Langit sore mulai meredup saat Althalan berjalan keluar dari apartemennya. Jaket kulit hitam yang membalut tubuhnya sedikit berkibar tertiup angin. Dia memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana dan mulai menelusuri jalanan kota yang dipenuhi kendaraan yang lalu-lalang. Tidak ada misi hari ini. Tidak ada pertempuran, tidak ada darah. Hanya hari biasa yang terasa asing baginya. Althalan menatap ke langit. Entah kenapa, akhir-akhir ini pikirannya dipenuhi dengan sesuatu yang tidak ia mengerti. Sebuah ingatan samar yang terus muncul, seolah ada sesuatu yang ingin dia ingat. Saat melintasi sebuah pertokoan, pandangannya tertuju pada satu tempat—sebuah dealer motor mewah. "Motor..." gumamnya pelan. Langkahnya terhenti di depan kaca besar yang memajang berbagai jenis motor sport dengan desain futuristik dan kecepatan yang menggoda. Salah satu yang menarik perhatiannya adalah sebuah motor dengan bodi hitam mengkilap, aksen merah tua di sisi bodinya membuatnya terlihat garang dan memat
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more

Ombra Thanatos

Althalan menarik napas dalam, menggerakkan bahunya yang sedikit pegal akibat pertarungan tadi. Malam ini seharusnya dia hanya ingin fokus mencari informasi tentang organisasi Rafael, tapi justru bertemu dengan Maverick yang memaksanya bertarung tanpa rencana. Mesin motor sport barunya meraung pelan saat dia menarik gas, bersiap meninggalkan tempat itu. Namun, sebelum dia benar-benar pergi, suara batuk kasar terdengar dari belakangnya. "Hah… Lo pikir gue bakal tumbang cuma segini aja, hah?" Althalan melirik dari spion. Maverick masih berdiri, meski tubuhnya penuh luka dan darah menetes dari sudut bibirnya. Matanya masih dipenuhi api perlawanan, tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah. "Heh, lo masih bisa berdiri?" Althalan mendecakkan lidah, memutar gas motornya sedikit. Maverick menyeringai, lalu meludah ke tanah. "Lo pikir gue bakal kalah semudah itu?" Suaranya parau, tapi tekadnya masih membara. "Gue janji akan ngalahin lo, dan gue nggak akan berhenti sebelum itu terjadi!" Alth
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more

Bertemu

Keesokan paginya, Amore, Ellen, Deul, dan Jovenica dipanggil ke ruang rapat utama mansion. Mereka melangkah masuk dengan santai, meskipun mereka tahu betul bahwa jika ayah mereka memanggil mereka secara langsung, itu berarti sesuatu yang besar akan terjadi. Di dalam ruangan, Razoes sudah duduk di kursi utama dengan ekspresi seriusnya. Di hadapannya, ada empat kotak hitam yang masing-masing memiliki nama mereka terukir di atasnya. "Duduk," kata Razoes dengan suara dalam yang penuh wibawa. Keempatnya mengambil tempat, menatap kotak itu dengan rasa penasaran. "Daddy udah mengamati perkembangan kalian sejak pertama kali kalian Daddy latih. Kalian sudah berkembang, tapi masih ada banyak hal yang harus kalian pelajari." Razoes melipat tangan di depan dadanya. "Jadi, mulai hari ini, kalian akan naik ke level berikutnya." Deul menaikkan alis. "Maksud Daddy?" Razoes menyeringai kecil. "Buka kotaknya." Tanpa banyak basa-basi, Amore dan saudara-saudaranya membuka kotak masing-masing. Begi
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more
PREV
123
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status