All Chapters of Samaran Terakhir: Chapter 71 - Chapter 80

LOKASI: DIMENSI BAYANGAN - GERBANG WAKTUSTATUS WAKTU: DALAM KEHILANGANAdrian melangkah dengan hati yang dipenuhi ketegangan, matanya tertuju pada cahaya putih yang semakin dekat. Langkahnya terasa berat, namun ada dorongan dalam dirinya yang membuatnya terus maju. Setiap langkah yang diambil terasa seperti langkah yang menentukan langkah menuju sebuah pilihan yang tidak bisa dibatalkan.Gerbang waktu yang tampak tak terhingga terbuka perlahan di hadapannya, seperti menyambutnya ke dalam ruang yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Di dalam gerbang itu, udara terasa lain segar, tapi juga mengandung rasa berat yang menekan, seperti harus membuat keputusan penting.Di tengah gerbang itu berdiri sosok yang sudah tidak asing lagi bagi Adrian. Sosok tanpa wajah yang telah mengikutinya sejak awal perjalanan ini bayangannya sendiri. Namun kali ini, sosok itu berbeda. Ia tidak lagi mengancam, tidak lagi menakutkan. Wajah yang tak tampak di balik jubah hitam itu kini tampak lebih nyata, l

LOKASI: KOTA METROPOLIS - MALAM HARI STATUS WAKTU: REALITAS KEMBALISuara sirine memecah kesunyian malam. Lampu merah-biru berputar cepat, memantul di gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. Adrian terhuyung keluar dari lorong gelap, napasnya memburu, keringat dingin membasahi pelipisnya. Tangan kirinya masih menggenggam pena perak itu, namun kini terasa lebih berat, seolah menyerap semua ketakutan yang baru saja ia hadapi."Berhenti! Jangan bergerak!" teriakan polisi terdengar dari belakang, langkah berat sepatu mereka bergema di trotoar basah. Adrian berbalik, melihat beberapa petugas bersenjata lengkap mendekat dengan wajah tegang. Ia tahu, mereka bukan hanya polisi biasa. Ini adalah tim khusus yang dikirim untuk memburunya sejak lama."Tidak ada jalan keluar kali ini, Adrian," suara berat seorang detektif muncul di belakang barisan polisi. Wajahnya penuh kerutan, matanya tajam seperti elang yang siap menerkam mangsanya. Detektif Armand, sosok yang selalu membayanginya

LOKASI: DI BAWAH LAUTAN - KEDALAMAN TANPA CAHAYASTATUS WAKTU: DI ANTARA KEHIDUPAN DAN KEMATIANAir dingin menyelimuti tubuh Adrian, menekan dadanya seperti tangan raksasa yang tak terlihat. Ia merasakan napasnya mulai menipis, setiap detik terasa seperti satu langkah lebih dekat ke kematian. Cahaya dari kapal di atasnya semakin memudar, tenggelam dalam kegelapan laut dalam yang seolah siap menelannya hidup-hidup.Namun, di balik semua itu, Adrian masih menggenggam pena peraknya. Logam dingin itu berkilau samar di bawah air, seperti mercusuar kecil yang memandu dirinya untuk tidak menyerah. Dengan sisa tenaga, ia mengayunkan kakinya, mendorong tubuhnya lebih dalam ke dalam kegelapan. Bukan untuk melarikan diri, tapi untuk menemukan sesuatu yang lebih dalam dari sekadar pelarian.Tiba-tiba, di tengah pekatnya air laut, cahaya lain mulai muncul. Cahaya itu datang dari bawah, berwarna biru terang, menembus kegelapan dengan intensitas yang aneh. Adrian mempersempit matanya, mencoba memaha

Bab 5 - Pertarungan dan Keputusan AkhirLOKASI: KAPAL KARGO - PUNCAK LAUTSTATUS WAKTU: PENGUJIAN KEKUATAN DIRISuara dentuman keras menghancurkan ketegangan seketika. Tembakan terakhir terdengar, bergema di seluruh dek kapal. Adrian terhuyung sedikit, tubuhnya terasa berat oleh dampak yang tak terduga. Namun, ia tetap berdiri, pena peraknya masih tergenggam erat di tangannya. Sesuatu dalam dirinya bergemuruh, bukan karena rasa takut, tetapi karena keputusan yang sudah diambil.Di hadapannya, Armand berdiri dengan senjatanya yang terulur, wajah detektif itu keras dan tidak bisa dibaca. Tidak ada lagi kata-kata yang keluar dari mulutnya, hanya ada tindakan yang mengancam, sebuah ujian terakhir bagi Adrian. Dalam keheningan yang hanya diselingi oleh raungan angin dan deburan ombak, Adrian merasakan beban yang lebih berat dari sebelumnya. Ini bukan sekadar pertempuran fisik, tetapi juga pertempuran batin yang harus ia menangkan."Ini tidak akan pernah berakhir, Adrian," kata Armand, suar

Bab 7 - Titik Balik dalam KeputusanLOKASI: KAFE PELABUHAN - SORE HARISTATUS WAKTU: PENENTUAN LANGKAHAdrian duduk dengan tenang di sebuah meja sudut kafe kecil di pelabuhan. Sinar matahari sore yang redup menyinari wajahnya yang kini lebih tenang, meskipun ada bayangan ketegangan yang masih melintas di matanya. Di depan meja, secangkir kopi panas mengepulkan uap tipis, namun ia tak segera menyentuhnya. Pikirannya sedang melayang jauh, mengingat kembali percakapan dengan Armand beberapa jam lalu.Sementara Armand memintanya untuk menyelesaikan segala sesuatu dengan cara yang benar, Adrian tahu bahwa tidak ada jalan lurus yang bisa diambil. Keputusan yang harus diambil bukan hanya mengenai dirinya—itu tentang dunia yang telah ia tinggalkan dan dunia yang harus ia hadapi sekarang. Terkadang, pilihan yang paling sulit adalah pilihan untuk melepaskan masa lalu yang telah menuntunnya sampai ke titik ini.Pintu kafe berderit, dan seseorang masuk. Adrian mengangkat wajahnya, dan seketika, n