Adrian merangkak mundur, serpihan kaca berkilauan menusuk telapak tangannya, tapi ia tidak peduli. Napasnya masih terengah, matanya tak bisa lepas dari bayangan yang baru saja lenyap ke dalam lantai retak di depannya.Suara detak jantungnya bergema keras, seolah memantul di setiap cermin yang masih berdiri. Ruangan itu kini terasa semakin sempit, bayangannya sendiri seolah bergerak, mengikuti setiap desah nafas dan getaran tubuhnya."Tidak... ini bukan kenyataan," bisiknya, mencoba meyakinkan diri. Tapi setiap kali ia memejamkan mata, bayangan masa kecilnya kembali muncul, mengintip dari sudut-sudut cermin, tatapan penuh ketakutan yang tak bisa ia hapus dari pikirannya.Ia bangkit perlahan, tubuhnya masih gemetar. Dengan langkah terseok, ia mendekati salah satu cermin yang masih utuh, melihat bayangannya yang kini tampak lebih muda, wajahnya penuh rasa takut, tapi dengan mata yang menyala penuh tekad."Aku tidak akan lari," gumamnya, menatap cermin itu dengan lebih mantap. "Aku bukan
Terakhir Diperbarui : 2025-05-14 Baca selengkapnya