Lahat ng Kabanata ng Surga Semalam: Kabanata 291 - Kabanata 300

Windy menyerah, dan mencoba lepas dengan cara yang berbeda. "Aku akan kembali padamu, tapi jangan gunakan kekerasan padaku."Dia cukup yakin sekarang, Kevin sepertinya tertarik padanya. Dia tidak akan melepaskannya dengan mudah, selama ketertarikannya masih ada. Karena itu, dia harus melenyapkan ketertarikannya itu dulu.Sekarang ini, masalahnya, dia hanya bisa berkompromi terlebih dahulu.Kevin bisa membaca pikirannya dengan mudah. Tatapannya berbahaya, tapi dia tidak keberatan.Dia ingin mencari tahu, apa rencana wanita ini."Bolehkah saya pergi sekarang?" Windy terus memandangi toko di kejauhan. Melalui jendela mobil, samar-samar dia bisa melihat tiga sosok kecil bersandar di kaca. Ketiga anak kecil itu pasti sangat khawatir dan takut. Dia harus kembali ke sisi mereka.Telepon Kevin berdering. Dia mengangkatnya dan mendengar. "Baik. Aku akan segera ke sana!"Windy menghela nafas lega. Apakah dia akan menyelesaikan beberapa masalah? Itu kebetulan sekali dan bagus sekali.Mobil dihent

Kantor sekretaris itu terorganisir dan efisien. Karena itu, sepanjang pagi ini, Windy merasa seperti orang lumpuh. Dia tidak tahu apa-apa akan pekerjaan di kantor."Windy, tolong bantu saya mencetak dokumen. Saya membutuhkannya segera, saya sangat sibuk!""Baik, kak.""Terima kasih."Windy berjanji bahwa dia akan membantu selama masih dalam batas kemampuannya. Tidak butuh waktu lama baginya untuk bergaul dengan rekan-rekannya. Ketika mereka punya waktu, mereka ngemil bersama."Oh tidak, ada masalah dengan sebuah proyek. Jangan berpikir untuk pulang kerja lebih awal hari ini!" Sandra kembali ke kantor, dengan panik dan meratap!"Janjiku untuk menonton TV dengan pacarku menjadi sia-sia. Jika ini terus berlanjut, saya akan menjadi perawan tua!""Menjadi perawan tua bukanlah hal yang paling menakutkan. Masalahnya adalah, siapa yang akan membawakan CEO Kevin kopinya sekarang. CEO Kevin memiliki kebiasaan minum kopi setelah rapat!"Semua orang saling memandang. Di masa lalu, tidak ada yang

Mendengar itu, dengan tenang Windy memanggil pelayan dan memesan secangkir kopi. "Bagaimana Anda membuktikan bahwa Anda tidak salah?"Lucky bingung. Fitur wajahnya persis seperti Windy. Satu-satunya perbedaan adalah temperamennya dan tahi lalatnya.Windy memang sudah memasang tahi lalatnya sesaat sebelum bertemu dengan Lucky di sini.Lucky merasa Windy lebih lembut, sementara wanita di hadapannya ini memiliki rasa percaya diri dan kebanggaan tambahan! Windy sepertinya lebih menarik.Windy menyesap kopi dan melihat Lucky terdiam. Dia bertanya, "Karena Anda bersikeras bahwa saya adalah teman saya, mengapa Anda tidak menjelaskan pada teman Anda itu? Saya ingin mengenalnya juga, dan melihat apa yang istimewa darinya sehingga Anda tidak bisa melupakannya."Lucky kembali ke dalam ingatannya. "Windy adalah seorang wanita muda yang sangat menyedihkan. Dia harus tinggal di panti asuhan sejak dia kecil. Namun, setelah keluarga Sutedja mengadopsinya, Paman, Bibi dan Lisa memperlakukannya dengan

Tony memasuki rumah dan berjalan ke ruang tamu. Dia melepas mantelnya dan melemparkannya ke kepala pelayan.Lebih baik datang pada waktu yang tepat daripada datang lebih awal. Ini bagus. Dia bisa makan dengan lahap malam ini.Ketika dia berjalan ke ruang makan, dia tertegun sejenak. Apakah mereka berdua harus begitu nyaman satu sama lain saat makan?Mengapa mereka saling pandang mesra seperti itu? Apa-apaan ini? Mereka akan berciuman! Tidak bisakah mereka menyadari bahwa dia adalah seorang pria lajang dengan kehidupan yang pahit?"Windy, kenapa kamu begitu cabul. Apakah kamu mencoba memakan sepupuku?" Saat Tony menggoda seperti itu, secara refleks, Kevin dan Windy langsung memisahkan diri.Kevin memalingkan wajah dan menarik nafas dalam-dalam. Dia ingin memarahi sepupunya yang tidak bisa melihat situasi ini. Tapi, akhirnya dia cuma bisa memendam emosinya.Windy sendiri sudah pura-pura melap meja. Apa yang terjadi? Kenapa aku dan Kevin hampir berciuman? Ugh.Tony memanfaatkan situasi c

Bess terkekeh, lalu berbalik untuk mencuci tangannya perlahan-lahan dan merapikan riasannya. Dia setengah Prancis dan secara umum dianggap cantik.Dengan kecantikannya ini, dia punya hak untuk menjadi sombong. "Benarkah?""Kau bilang ruang rapat. Iya kan?" Windy melotot."Anda salah dengar. Sebagai sekretaris pribadi CEO, Anda harus mengingat tempat yang paling dasar. Jangan menyalahkan orang lain atas kesalahan Anda.""Anda menyabotase saya."Bess menyeka tangannya hingga bersih. "Apakah Anda punya bukti? Jangan bicara omong kosong jika Anda tidak punya bukti."Windy menggigit bibirnya. Saat itu, hanya ada mereka berdua di kantor. Dia tidak punya saksi.Melihat dia terdiam, Bess melanjutkan, "CEO tidak suka membuat asumsi tanpa bukti."Ia tersenyum, mengambil tas riasnya, dan bersiap untuk pergi. Fakta bahwa dia berani melakukannya berarti dia tidak meninggalkan jejak. Dia tidak akan membiarkan Windy menangkap basah dirinya.Begitu dia sampai di depan pintu, sebuah suara tiba-tiba te