All Chapters of Melepas Cinta, Menggapai Diri: Chapter 491 - Chapter 500

Ziko bersembunyi di dalam pelukan Wanda. Dia bisa mendengar suara Leonard, tapi tak ingin menghiraukan Leonard.Aura dingin pun menyeruak dari tubuh Leonard.Wanda pun bertanya dengan suaranya yang hangat, "Ziko, apa kamu sekarang baik-baik saja? Ayahmu memanggilmu, kamu boleh pulang dulu dengannya."Ziko pun memperlihatkan tulisan di ponselnya kepada Wanda."Aku mau makan hotpot sama Sasha."Senyum di wajah Wanda terkesan hangat, dia bertanya dengan pelan, "Apa kamu bisa? Atau kita juga bisa pindah ke ruang pribadi. Kami bisa temani kamu beradaptasi dengan situasi di luar pelan-pelan, nggak perlu berhasil dalam sekali coba kok."Ziko lalu mengetik dengan cepat, "Aku juga mau kasi kesempatan buat diriku.""Oke!" jawab Wanda. Ziko lalu memisahkan dirinya dengan Wanda dan duduk kembali di atas kursinya.Wanda lalu berkata kepada Sasha, "Ziko mau minta kamu temani dia makan hotpot."Sasha tampak sangat gembira. Dia lalu kembali duduk di sebelah Ziko.Wanda akhirnya bertanya, "Pak, kenapa

Leonard juga menyerahkan gelasnya yang belum tersentuh.Namun, Andre meletakkan gelas di tangannya dan berkata sambil tersenyum, "Makasih, tapi sudah nggak perlu lagi."Akhirnya, Leonard menjawab dengan dingin, "Aku pikir, kamu punya hobi minum dari gelasnya orang lain."Senyum di wajah Andre semakin merekah. "Pak Leonard, kamu salah paham. Aku cuma suka minum dari gelasnya Wanda saja."Awalnya Wanda masih diam-diam tertawa, berpikir bahwa Andre mirip kucing yang suka minum dari gelas bekas orang lain. Namun, setelah dia menyadari apa yang barusan Andre katakan, wajahnya seketika membara.Kenapa si Andre ini malah bicara sembarangan di depan Leonard, sih?!"Kamu ...." Dia bersiap menegur pria itu.Namun, saat bertatapan dengan Andre, dia melihat bahwa pria itu menatapnya dengan ekspresi agak menyedihkan. Pria itu barusan batuk-batuk, matanya agak memerah, matanya yang hitam jernih itu tampak agak berair, membuatnya berbinar bagaikan bintang.Ditatap seperti itu olehnya membuat Wanda ta

Harvey menatap undangan tersebut, menatap nama "Wanda Jinata" itu berulang kali untuk waktu yang lama.Di tengah lamunannya, dia merasa seolah tidak mengenal nama ini. Baginya, nama Wanda ini sudah menjadi sangat asing.Meski hanya berada di kuil selama kurang dari sebulan, dia tetap merasa dunia ini telah banyak berubah.Saat dia pertama kali menandatangani surat cerai, Harvey sama sekali tak menyangka bahwa akan ada hari di mana Wanda mengirimkan surat undangan bisnis padanya."Heh." Harvey terkekeh singkat.Mantan istrinya ini benar-benar beruntung.Hanya orang yang mendapat undangan inilah yang berhak menyaksikan uji coba perdana dari truk tanpa awak dari Quantum Tech. Meski Perusahaan Ferdian adalah mitra kerja sama Quantum Tech, tanpa adanya undangan ini, mereka juga tidak akan bisa masuk lokasi uji coba itu diadakan.Harvey bergumam, "Apakah Quantum Tech sudah memberi hasil dalam waktu sesingkat itu?"Yuda berkata, "Di bawah kepemimpinan Bu Wanda, lampu gedung Quantum Tech terus

Setelah Harvey terdiam sejenak, ekspresi Anne berubah menjadi penuh arti. "Sepertinya ada rencana begitu, ya?"Pria itu mendengus dengan tidak senang, hatinya merasa kesal tanpa alasan. "Aku nggak pernah balikan sama mantan."Anne mengangguk. "Aku nggak merasa bahwa orang semacam Wanda cocok bersanding dengan Pak Harvey. Wanita yang bisa bersanding dengan Pak Harvey, haruslah sangat hebat."Harvey menatapnya dengan sinis. Padahal mereka duduk di meja yang sama, tapi Anne selalu merasa seolah pria ini berdiri di tempat yang lebih tinggi dan sedang memandang rendah dirinya.Namun, Anne tidak merasa kesal karena sikap dingin dan angkuh Harvey. Dia selalu mengagumi orang yang lebih hebat darinya. Menurutnya, wajar saja kalau orang yang terlahir dengan sendok emas di mulutnya ini memandang orang lain lebih rendah.Anne berkata dengan serius, "Pak Harvey, aku benar-benar butuh bantuanmu. Selama kamu membutuhkan, harap kamu mendahulukanku. Kalau kamu membawa orang sepertiku ke mana saja, kamu

Harvey mengabaikan Anne, jadi Anne pun duduk di sebelah Jojo.Saat melihat Jojo, matanya berbinar. "Kamu Tuan Muda Jojo, ya? Wajahmu mirip sekali dengan ayahmu."Jojo senang sekali mendengar ucapan Anne barusan. Dia paling suka kalau ada yang bilang bahwa dia mirip ayahnya. Baginya, ayahnya merupakan orang hebat yang serba bisa, juga bagaikan gunung tinggi yang sulit dia lewati maupun dekati."Halo, Tante."Jojo tersenyum manis ke arah Anne. Wajahnya tampan dan jernih serta menggemaskan. Sekalipun tidak tersenyum, dua tetap dengan mudah mengambil hati orang.Saat melihat kartu identitas kerja Quantum Tech yang dipakai Anne, dia lalu menatap ke arah Wanda. Sambil menatap punggung itu, muncul kerinduan di matanya.Anne menyadari tatapan Jojo. Dia bertanya, "Kamu sudah berapa lama nggak bicara sama ibumu?"Jojo balik bertanya, "Kamu kenal ibuku?"Anne memperlihatkan kartu identitasnya. "Aku adalah direktur teknis di Quantum Tech, kalau ibumu adalah presdirnya. Hanya dia yang punya hak unt