Gaun putih itu sudah merupakan pakaian terbaik yang bisa dikenakan Wanda saat itu.Dengan suara riang, Nadya berseru, "Nona cantik, sini deh, temani kami minum."Gadis itu terlihat sangat ketakutan, dan buru-buru menggeleng. "A-aku nggak bisa minum ...."Nadya menahan tawa dingin di tenggorokannya, lalu bertanya pada para pria di ruangan, "Kalian semua juga suka tipe yang begini, ya? Lugu, polos, sampai-sampai aku pun jadi iba.""Memang sih, si kelinci kecil ini cukup bikin gemas!""Kalau Harvey yang naksir, kita nggak bakal rebutan, deh."Senyum di sudut bibir Nadya makin melebar. "Jangan takut ya, duduk saja di sebelah aku. Aku nggak bakal sakiti kamu, kok."Gadis itu mulai merasa aman dan perlahan berjalan mendekati Nadya.Nadya langsung menyodorkan segelas minuman ke tangan gadis itu. "Nih, bersulang dengan Pak Harvey, ya."Sambil mendorong punggungnya, Nadya memaksa gadis itu maju ke hadapan Harvey.Gadis itu menatap wajah dingin sang pria, lalu dengan suara gemetar berkata, "P-Pa
Magbasa pa