Wanda berdiri dan menjawab, "Ya, aku ibunya."Guru itu memperkenalkan diri, "Saya wali kelas utama dari Kelas Kecil 2."Belum selesai dia bicara, Kiara langsung berteriak, "Wanda! Putrimu hari ini kembali memukul anak-anak dari kelas kecil!"Para orang tua murid dari kelas kecil segera menarik anak-anak mereka ke belakang, menjaga mereka dengan cemas.Guru kelas kecil itu buru-buru melambaikan tangan. "Nggak, nggak! Hari ini, dalam kegiatan edukasi keselamatan di sekolah, Sasha berhasil mengalahkan orang jahat bertopeng. Dengan gagah berani dia melindungi anak-anak kelas kecil. Kami khusus memberikan bunga merah besar sebagai penghargaan kepada Sasha.""Mama, lihat ini." Dengan bangga, Sasha mengeluarkan bunga merah besar yang dia terima dan menunjukkannya kepada Wanda seperti mempersembahkan harta karun.Kiara yang berdiri di samping, tertegun mendengar semua penjelasan itu.Wanda bertanya, "Setahuku, guru wali kelas Sasha nggak memberi kabar bahwa hari ini ada kegiatan edukasi kesela
Seorang orang tua murid berkata pelan padanya, "Nona Wanda, terima kasih banyak karena sudah membuat Pak Lukman pergi. Sekarang Kepala Bagian Kurikulum yang menjabat sebagai kepala sekolah, dan telah melakukan banyak reformasi. Aku yakin tahun ini penilaian dan penghargaan siswa pasti akan lebih adil dan jujur!"Wanda merendah, "Itu bukan jasaku. Hari itu, kalau saja Lukman tidak membuat keributan dan ingin mengeluarkan Sasha, dia mungkin juga nggak akan jatuh."Beberapa orang tua dan guru sangat berterima kasih pada Wanda. Mereka sudah lama merasa tertekan oleh Lukman."Wanda!" Kiara datang sambil menggandeng tangan Fanny, wajahnya berseri-seri. Di sebelahnya ada Candra.Kiara memoles wajahnya sangat putih, alisnya tipis melengkung, dia mengenakan mantel wol bergaya tegas, membawa tas mewah di tangan, dan kalung yang menggantung di sweternya adalah giok senilai lebih dari 10 miliar.Sebelumnya di rumah keluarga Ferdian, Kiara bahkan sengaja menunjukkan liontin itu kepada Wanda untuk p
Anak-anak yang satu tim dengannya ada yang bertumpu dengan kedua tangan di tanah sambil menjulurkan lidah, ada pula yang duduk di tanah menatap langit."Jojo, kami bahkan nggak bisa bangun lagi! Masih mau tanding ulang?"Duduk di samping, Jojo menatap guru olahraga yang sedang menyerahkan bunga merah kecil kepada Sasha.Guru olahraga juga mendapatkan lima bunga merah kecil, dan karena Sasha berhasil menjadi juara seorang diri mewakili lima orang, dia pun memperoleh lima bunga itu sekaligus.Wajah Jojo masam tak terkira.Dia menunjuk Sasha dan memberi perintah, "Orang yang menang juara pertama, bertugas merapikan peralatan!""Kenapa harus begitu?!" Susan membela Sasha.Fanny juga ikut bertanya, "Kenapa orang yang menang justru harus merapikan peralatan?"Jojo menjawab, "Yang lain semua sudah kehabisan tenaga karena Sasha! Lihat, dia sama sekali nggak berkeringat! Kalau bukan dia yang merapikan, siapa lagi yang bisa?"Susan berbisik, "Jojo, kamu sendiri kelihatannya masih sangat kuat!"J
Awalnya, teman-teman sekelas merasa itu sesuatu yang baru, tetapi setelah beberapa hari, mereka mulai bosan.Dan sejak minggu lalu, Jojo terus mengatakan bahwa Luna akan pergi ke rumahnya, tetapi sampai sekarang, dia masih menunggu Luna datang ke rumahnya.Teman-teman lainnya mulai menunjukkan sikap acuh tak acuh terhadap Jojo.Jojo melihat ada teman yang mendekati Sasha, dan segera berkata dengan keras."Siapa pun yang satu tim dengan Sasha Jinata, harus tinggal setelah kelas usai untuk merapikan peralatan dan membersihkan ruang alat!"Setelah mendengar ucapan Jojo, tidak ada yang berani mendekati Sasha.Guru olahraga selalu sangat memanjakan Jojo, bahkan dia menjadikan Jojo sebagai ketua olahraga dan memberinya wewenang untuk menunjuk siapa yang akan bertugas membersihkan peralatan setelah setiap pelajaran olahraga.Guru olahraga melihat bahwa hanya Susan dan Sasha membentuk tim bersama, lalu dia berkata, "Permainan bola voli ganda, lima orang per tim! Kalian berdua harus bergabung d
Telepon dari Harvey terputus.Seluruh ruang rapat langsung sunyi senyap seakan mati.Seakan ada lapisan es sangat tebal membalut seluruh tubuh Harvey.Wanda kembali bersikap jual mahal padanya.Sampai kapan dia akan terus membuat keributan seperti ini?!Harvey memasang wajah dingin, sorot matanya yang gelap menahan emosi yang bergolak.Dia kembali menghubungi Wanda.Kali ini, yang menyambutnya hanyalah suara sistem otomatis: Nomor yang Anda tuju sedang tidak dapat dihubungi, silakan coba beberapa saat lagi."!!!"Wanda memblokir nomornya!Harvey menarik napas dalam, lalu mendongak tajam, menatap para pemegang saham yang tengah saling berpandangan dengannya."Biar aku yang menelepon Wanda." Suara Leonard terdengar, membuat semua pandangan tertuju padanya.Leonard mengeluarkan ponselnya dan melakukan panggilan, lalu mengaktifkan pengeras suara. Para pemegang saham menahan napas saat mendengar nada sambung.Satu detik kemudian, panggilan tersambung."Pak Leonard, Bapak tahu aku menang pen
Andre mengangkat tangan untuk menghalangi ludah Tony agar tidak mengenai Wanda.Tony mengendus dan bergumam. "Dari mana datangnya bau menyengat ini!"Profesor lain ikut terpengaruh oleh Tony, mereka saling mencium udara di sekitar. "Bau menyengat apa? Aku nggak mencium apa pun."Wanda tersadar, lalu buru-buru menunjukkan undangan resmi yang ada di tangannya kepada para profesor."Aku sudah menerima undangan resmi. Terima kasih atas perhatian kalian semua."Saat berbicara, Wanda sekilas melihat wajah yang pucat seperti hantu.Wido sedang memandanginya dari tengah kerumunan.Saat tatapan mereka bertemu, Wido seperti tikus melihat kucing, langsung berbalik dan lari, seolah mau kabur.Dalam babak final, Wido hanya menempati peringkat di bawah 100 besar, jadi dia tidak memenuhi syarat untuk menantang Wanda.Bahkan ketika peserta peringkat kedua mencoba menantang Wanda dan gagal, Wido masih berharap panitia akan memberikan medali emas kepada peserta peringkat kedua itu.Di matanya, peserta i